Tuesday, December 30, 2014

Serius, liburan sama zenius itu beda!

Assalamu'alaikum,
Salam sejahtera bagi kamu yang masih mendapatkan berkah berupa koneksi internet

Bagaimana liburannya?

Memasuki tahun ketiga di SMA, nampaknya aktivitas beberapa kolega di liburan ini semakin beragam saja. Biasanya kalau nanya "lo rencana liburan ngapain?" paling (kebanyakan) ada 2 nada jawaban:
1.) "Gue mau ke .... sama ...." dengan nada bersemangat atau paling engga sedikit bersemangat
2.) "Ah paling di rumah aja." dengan nada datar khas para jomblo #loh

Nah memasuki tahun ketiga ada lagi nih jawabannya:
3.) "Mau nyicil belajar Han" dengan nada yakin meski terbersit sedikit ragu

Lalu gak ada yang mau nanya nih liburan gue gimana?

*hening*

 karena ini blog gue jadi.. gue juga bakal cerita aja tanpa diminta :p hehe

Alhamdulillah, liburan kali ini adalah perpaduan ketiga hal di atas :) tapi karena poin satu dan dua udah sering kita bahas maka sekarang gue mau cerita tentang poin ketiga: Belajar!

Mungkin di otak kalian bayang-bayang yang terbersit melihat kata belajar di masa liburan ini adalah:
'Ambisius' atau 'Makan temen' (karena harusnya liburan aja :p) dan lain-lain, mungkin juga positif sih kalau kalian emang teman yang baik hihi. Tapi sesungguhnya ada kabar gembira untuk kita semua, karena belajar gak melulu bermakna sama!

Yap! Akhir-akhir ini, dan khususnya pada masa liburan ini belajar gue ditemani oleh suatu web kece. ets tapi kalau gue sebut nanti dikira promosi, jadi kita sebut aja inisialnya Z atau biasa dipanggil zenius!

Lah zenius tuh makanan apa Han?

Hayo! Siapa yang tau zenius itu apa acung tangan!

Sebenarnya kalau gue bahas zenius itu apa mungkin bisa sampai 1 post sendiri dan gue malah dikira sales (meskipun iya, gue emang sempet bantu jadi sales). Jadi sekarang pembahasan ini gue khususkan untuk web zenius.net dan blog zenius ya, karena produk yang gue konsumsi ya itu dua hehe. Intinya sih zenius.net itu wadah belajar online berisikan ratusan -mungkin ribuan- video dan soal-soal (+ kunci jawaban pembahasan) dari jenjang SD, SMP, SMA sampe persiapan SBMPTN :'D selain itu zenius juga punya blog yang isinya variatif banget! mulai dari panduan belajar, tips buat para pejuang SBMPTN, rekomendasi buku-buku keren, biografi tokoh inspiratif, sampe tips cara nulis blog yang gokil! Tentunya gak hanya variatif, tapi juga berkualitas dan membuka wawasan. wuidi wuidi...

Terus manfaatnya untuk kemaslahatan umat tuh apa Han?
wuidi nanyanya santai aja sob... tapi mari kita simak rangkaian curahan hati mengenai "manfaat zenius bagi gue (dan semoga saja akan jadi manfaat bagi kemaslahatan umat manusia)":

1) Semakin yakin kalau belajar itu memang perlu
Dari dulu gue yakin belajar itu gak sekedar proses pencarian nilai raport. Tapi jujur aja gue merasa idealisme gue sebenarnya hanyalah omong kosong, ketika gue juga ikut menyerahkan diri gue untuk diperalat dengan sistem yang sama. Ya... gimana... dong...

Untungnya masih ada orang-orang menyenangkan yang selalu mengingatkan gue bahwa rasa ingin tahu itu harus terus dipupuk. keinginan belajar-di-luar-nyari-nilai harus terus berkembang, dan zenius hadir memberikan gue banyak wawasan yang berfaedah.

Misalnya di blog zenius gue bisa ngedapetin informasi tentang biografi tokoh Fritz Haber yang ternyata punya sisi yang sangat gemerlap di dunia sains yang lama kelamaan meredup karena pilihannya sendiri, terus tentang tiga skenario kebijakan ekonomi dunia yang jujur aja sih buat gue yang anak IPA ini adalah wawasan yang sangat baru, bahkan pas gue lagi suka-sukanya sama film interstellar, zenius bisa ngebaca ketertarikan gue! :p langsung dibikin tuh artikelnya sama doi hehe

gak percaya?
sila cek blognya, kakak!

gak cuman dari blog sih, liburan ini gue juga sedikit nyicil untuk SBMPTN. iya baru sedikit :) itung-itung untuk pemanasan, gue coba nonton video-video intro dari beberapa mata pelajaran. Nah, salah satu yang gue suka itu  video intro dari pelajaran matematika dan fisika yang menanamkan bahwa "kalau lo mau ngelakuin sesuatu, lo harus tau dulu apa yang lo lakuin" dan untuk kasus ini bermakna "kalau lo mau belajar fisika, lo harus tau dulu gimana sih cara yang tepat dalam memahami fisika".
Gak cuman itu, menurut gue setiap video juga selalu memastikan bahwa yang nonton bisa ngedapetin informasi yang disampaikan secara utuh dan dengan kerangka berpikir yang tepat. Menurut gue salah satu penyebabnya mungkin karena zenius emang pengen para konsumennya belajar berlandaskan metode delibrate practice yang pernah mereka bahas di sini, dan bagi gue ini sangat pecah!

2) Memotivasi diri gue banget bro!
Yup!
Awal keinginan yang menggebu-gebu untuk belajar di liburan ini adalah dari salah satu artikel zenius blog yang ngebahas tentang tips SBMPTN, dan awal keinginan nge-blog lagi juga dari artikel tentang tips buat nulis blog yang gokil hihi jadi banyak juga ya motivasinya

Tapi ada yang jauh lebih pecah dari itu:
zenius meyakinkan gue akan jurusan yang gue pilih.

Halah ini gak lebay. Berawal dari baca artikel tentang tips milih jurusan yang menurut gue "fixed ini emang bener banget" gue pun tambah yakin sama pilihan jurusan gue. Sebelumnya gue masih suka minder, sekolah di SMA yang isinya siswa-siswi keren yang pilihan jurusannya gak jauh-jauh dari kedokteran dan teknik, terus gue memilih sains. Sempet ada sebersit rasa ingin coba-coba jadi kayak temen-temen lainnya. Tapi tips dari artikel tersebut menggugah gue untuk percaya diri sama apa yang gue pilih, dan setiap kali  rasa-rasa macam itu muncul tips itu ampuh banget buat ngebuat gue kembali termotivasi untuk ngejar cita-cita gue di bidang yang emang gue yakini. asik. do'ain aja kejadian yaa gue bisa mencapai cita-cita tersebut :)

ohyaa dan yang gak kalah keren, dari wawasan-wawasan yang zenius kasih, gue jadi yakin kalau dunia sains itu menarik banget untuk di dalami dan gak sekaku citranya yang selama ini beredar di masyarakat. asik.

3) ngebantu gue untuk senang belajar
Dengan gaya pengajarannya yang nyambung sama anak muda, dan ilustrasi-ilustrasinya yang keren gue semakin seneng juga jadinya untuk belajar :) lagian gampang banget, tinggal pasang headset, nyalain wi-fi, terus terserah deh mau sambil terlentang, tengkurep, duduk manis, sambil nonton TV, nungguin adek les, atau nungguin game loading (lah itu mah gue) bisa langsung akses aja ke zenius. kalau mumet tinggal berhenti. kalau kepala udah dingin tinggal lanjut lagi. kalau mau catet tinggal dipause. kalau belom mudeng tinggal diulang lagi. siapa yang gak seneng coba?

Hihi jadi inilah menurut gue manfaat dari zenius yang (bisa jadi) akan pula jadi manfaat buat lo dan untuk kemaslahatan umat. kalau belum bisa akses penuh websitenya untuk dapetin manfaat berlimpah coba aja kepoin blognya yang dari tadi udah di-mention di atas

oh gitu.. btw Han, kok lo promosi banget sih..
Oh memang, dewasa ini promosi sama dedikasi suka beda tipis :)


Sip, mungkin hanya itu sedikit cuap-cuap higienis kali ini. Maaf kalau banyak subjektifitas di dalam post ini karena memang dimaksudkan begitu :p selamat liburan produktif sobat!


"Any fool can make something complicated. It takes a genius to make it simple"
-Woody Guthrie
(quotes yang ada di main page zenius :)



-Tri(h)ana






Saturday, December 27, 2014

#Haiku-Sikat geligi

Wajah pucat yang pasi
Selimut sepi
Dalam sendiri

Pada purnama lalu
Ku coba ketuk
Berharap sahut

Butuh mu apa,
hai nona yang berdurja?
Segala ada

Dan dalam tatap sangsi
Kau berkata
"sikat geligi"

Purnama masih sama
Aku menyaksi mu
Dalam tenang

Hanya ada kamu
Dan sikat gigi
Dan senandung yang cita

Saat itu ku dengar
Pantulan cermin
Mengucap kasih

Dan lima menit
Telah mengabdi
Kini kamu kembali

Tuesday, November 4, 2014

#Haiku - bahkan yang bungkam

Sepasang sorot mata
Setatap durja
Setetes luka

Pundi yang penuh biru
Biru yang ragu
Ragu yang bisu

Pintar dirimu berperan
Pundi tak tampak
Kamu kuasa

Kamu melupa
Langit melukis rasa
Bahkan yang bungkam

-Triana


Saturday, October 18, 2014

Lahirnya Gelombang

Assalamu'alaikum.

Salam sejahtera wahai manusia-manusia yang entah bertujuan atau nyasar ke situs ini :)

Ge-lom-bang

sebuah kata dualisme. Di satu sisi, dia materi fisika yang lagi gue pelajari. yang penuh dengan lamda frekuensi periode x y theta cos sin velocity fase amplitudo dsb. Di sisi lain, dia penantian gue selama 3 tahun terakhir. #lebay

Meski dengan kesibukan penghujung SMA ngebuat perasaan anxious ini gak terlalu 'berasa' gak kayak pas dulu nunggu-nunggu novel serial supernova ke 4 yaitu pertikel, lahir. Tapi ini cukup jadi amunisi sekaligus destruksi buat UTS yang baru aja gue jalanin. Bayang-bayang Gelombang bakal lahir bertepatan dengan selesainya UTS ituloh.. menggiurkan.

Dan saat-saat ulangan PLH adalah saat di mana..
"Aduh.. ini kayaknya jawabannya A.. tapi B juga bisa. Bentar lagi ke Gramedia beli Gelombang. Pokoknya pulang sekolah langsung caw.." #lah



 Dan kini rencana itu telah jadi past tense. Tadinya sambil ngebatin untuk gak baca terlalu cepat, karena penantiannya pasti bakal jadi waktu yang lama :')  




ternyata aku kecanduan. rencana ku (kayaknya bakal) gagal.








Pas baca 1,5 halaman.. gue langsung tutup lagi bukunya. Bukan karena gak suka.. tapi karena gue menemukan energi itu lagi.. energi seorang Dee yang merasuk dalam karya-karyanya. Indah dan kuat. Kayak buku-buku sebelumnya, walaupun sampulnya terkesan "serius banget" tapi Dee kayaknya kenal betul di mana cerita harus berjalan sakral dan di mana cerita harus berjalan santai. Aakkuu ssuukkaa

Gue baru baca sampe halaman 200 kalau gak salah. Dan sosok Alfa udah memukau. Btw, di buku satu ini kental banget sama adat batak, dan kebetulan gue lagi ikut program di bimbingan belajar yang batak abisss. Jadi adalah referensi wajah dan aksen batak yang nyangkut di kepala :p

Mungkin kita bisa sama-sama tunggu posting selanjutnya untuk baca review beneran hihi


Selamat hanyut
Oleh Gelombang

Triana

Friday, October 3, 2014

Bebas katanya

Kadang aku mengagumi bagaimana waktu membawaku ke dalam dimensi yang tak terduga.
Ke sisi yang berbeda.

Dari satu mata air, ke mata air lain. Dari satu mata air, ke fatamorgana lain. Dari satu fatamorgana, ke padang kering kerontang.

Hari ini jadwal konseling di tempat bimbel, dan kayak konseling sebelumnya, sang guru kembali me-refresh persepsi bahwa bayi adalah makhluk makroskopis yang hebat. Karena dia yang tak takut salah. dats true, tumbuh besar adalah definisi lain untuk menjadi semakin berhati-hati, juga mungkin tidak berhati.

Semakin besar, gue sadar gue pun kadang semakin takut nulis pemikiran-pemikiran gue di sini. Iyasih bagus juga karena ini internet, dan kalau gak hati-hati semuanya gak bisa dihapus secara menyeluruh. Tapi jadi sedih juga ketika gue punya sudut pandang berbeda, gue malah males menyuarakan persepsi gue, padahal kalau gue diam.. dan semua orang yang berpandangan sama kayak gue diam.. dan hanya diam.. dan pandangan lain malah berapi-api.. 

kapan orang bakal mikir hal yang gue pikirin?

ternyata definisi keberanian itu rumit. 

Btw, kali ini sebenernya gue pengen keluar dari ketakutan itu untuk bersuara. Kali ini tentang "kebebasan". katanya sih begitu.

Gue masih inget waktu kecil pernah jadi anak yang nongkrong di depan teras sambil ngemil biskuit, terus mikir untuk cabut dari rumah. Pernah juga gak? temen-temen gue sih katanya pernah mikir hal yang sama. Dulu, gue ngerasa bisa keluar dari rumah itu kebebasan yang didambakan, kuliah di luar kota itu impian hidup mandiri, boleh ini itu sebebasya itu adalah sesuatu yang menggiurkan.

itu dulu, waktu internet gunanya cuman buat buka google sama neopets. sama barbie.com

tapi terus kata 'bebas' malah menurut gue sering disalah artikan.

ketika kebebasan berpendapat disalah artikan sebagai kebebasan menghujat. kebebasan provokasi. kebebasan melawan. padahal menurut KBBI:

"pen·da·pat n 1 pikiran; anggapan: dl negara demokrasi setiap orang bebas mengemukakan ~ nya2 buah pemikiran atau perkiraan tt suatu hal (spt orang, peristiwa): apa ~ mu tt isi surat ini?;menurut ~ saya, dialah yg benar3 orang yg mula-mula menemukan atau menghasilkan (sesuatu yg tadinya belum ada atau belum diketahui): Nurtanio adalah ~ pesawat terbang jenis Gelatik4kesimpulan (sesudah mempertimbangkan, menyelidiki, dsb): begitulah ~ hakim setelah mendengar keberatan-keberatan yg dikemukakan oleh pembela;"

suatu buah pemikiran cuy, bukan buah emosi. apalagi buah apel. itusih enak.
Lagian buah pemikiran bukan sesuatu yang pasti benar, palagi kalau gak ditunjang eee tunjang kan kaki sapi.

terus

ketika kebebasan memilih jadi alasan, yang gue sering denger sih dari kaum ciwi-ciwi.

"Lah perempuan sama laki-laki kan sama aja, gue berhak juga dong ngelakuin apa yang dia lakuin"

Sebagai perempuan yang doyan berlapangan, masa gue malah kurang setuju. Iya kita sih perempuan, bukan berarti gabisa main bola, gabisa manjat pohon, gabisa jadi pembalap F1, gabisa jadi wartawan (kata seseorang gue gabisa jadi wartawan...............tapi bisa jadi wartawati), gabisa benerin mesin mobil, de el el. Iya kita punya the power of multitasking dan multitalented (bagi kamu yang emang begitu), tapi bukan berarti jadi kebablasan dong yeah.

 Gue merasa, gak segala hal harus ditamengi dengan perihal emansipasi wanita. Kadang emang kita harus akui kita berbeda. Punya kodrat beda juga sebagai seorang wanita. Punya kemampuan mengolah emosi yang beda juga dgn pria. Punya kemampuan fisiologis yang beda juga kan?  Kalau kodrat beda, kewajiban ya ada yang beda pula, terus mau hak yang sama? HEHE.

Kayaknya sebenernya ini yang ngeganjel hati. Juga tentang hak asasi yang harusnya diiringi penjalanan kewajiban asasi.

Intinya bagi gue kebebasan itu adalah x dalam interval. Punya batas. Boleh kok kalau semangat banget menuntut kebebasan, untuk teman-teman kita yang sedang terkekang. Untuk sahabat-sahabat kita di belahan bumi lain yang sedang mencari-cari tempat aman untuk berlindung di bawah gulita, untuk sahabat-sahabat kita yang sedang memperjuangkan diri keluar dari belenggu, Untuk satwa-satwa yang sedang dalam ancaman kepunahan. Mereka berhak hidup lebih bebas. Hidup dalam interval kebebasan yang lebih longgar, yang tak lagi membuai mereka dengan sesak akan napas.

Dan dalam pandangan gue, bukan membesar-besarkan interval kebebasan yang sudah pas di diri kita. nilai diri x kita, kalau ditambahkan atau dikurangkan mungkin gak akan sampe ke titik maksimumnya. ke titik performa terhebat diri kita, kualitas diri yang paling hatjep.

Gue pun masih suka berandai-andai jadi remaja yang punya kebebasan lebih untuk pergi ke mana-mana sendiri, apalagi gue sadar gue kadang menikmati kesendirian. Gue pun masih suka berandai-andai jadi remaja yang bebas pergi naik gunung, nyelam laut, keluar-masuk hutan, dan gue mupeng untuk bisa menjawab penasaran-penasaran tentang tempat-tempat yang menggiurkan tersebut. Ah tapi mungkin gue emang belum pantas untuk saat ini, jam 21.50 tanggal 3 Oktober 2014, mungkin gue belum pantas. Yuk keroyokan pantesin diri, membesarkan diagram kartesiusnya, bukan cuman intervalnya :)

Dan ya sebagai pembaca kalian juga harus kebagian permintaan tolong gue.. Tolong ingetin gue untuk bersyukur dengan batas interval yang ditetapkan Allah, komunitas sosial, alam semesta, 
dan kesatuan sel tubuh gue dalam makna 'kebebasan'. Karena gue takut, gue memandangnya sebagai jeruji ketika sejatinya ialah pagar.

Anyway, kamu bebas merancang kastilmu sendiri, tapi semakin besar, megah, dan rumit kasti tersebut semakin sulit pula merawatnya. Bebas dan tanggungjawab berbanding lurus. Berjalan berdampingan.

Duh laper.
-Triana

*kalau aku salah tolong ingetin :) 

Monday, September 29, 2014

Sejak SMA #1

Sejak SMA, jadi mulai terbiasa tidur jam 12,1,2,3,4, gak tidur. Suka-suka tugas, ulangan, dan keinginan internetan di hari itu. Walaupun layaknya manusia yang butuh istirahat, kadang gakuat dan tepar di tengah jalan. Tapi sejak beberapa waktu pula jadi ngerasa jam 2an itu waktu yang menyenangkan untuk iseng-iseng nulis/baca hal-hal yang (gak penting tapi) menyenangkan. Kadang penting juga sih, tergantung sikon.

Anyway, ngomongin 'sejak SMA' kayaknya ada banyak banget yang bisa diceritakan. Toh udah lama gak mengembalikan fungsi blog ini ke dalam fungsi alamiahnya sebagai tempat nulis segala hal. Berhubung gue sempat ada dalam fase "menulis karena ingin dibaca" yang sebelumnya tidak gue akui (dan ternyata belum ada pembacanya ) jadi kayaknya gue harus belajar sadar diri dan sedikit mengembalikan blog ini pada hak asasinya. HALAH

Dulu waktu kelas 1, gue mungkin juga jadi pengeluh nomor 1. Terus ngebela diri dengan alasan-alasan difensif. "Aku kan dari swasta, ya makanya butuh adaptasi" "Aku kan emang orangnya ginigini, makanya butuh adaptasi lebih lama" "Ah kelasku kan kerjanya seru-seruan, makanya nilainya.." "Aku udah belajar, tapi nilainya tetep ..." Belom soal urusan ekskur dan urusan hati. Ngeluh bisa jadi rutinitas 1 bab per hari.

Terus suka nyalahin diri kenapa milih sekolah yang notabene favorit ini. Kenapa gak milih sekolah lain aja biar hidup lebih selow? Terus kalau cerita-cerita ke orang lain kesannya hidup di sekolah pilihan ini adalah hidup yang sangat menderita :') Duh masa lalu *lah emang sekarang udah bener han?*

Salah satu alasan kenapa gue memilih sekolah di sekolah gue sekarang adalah gue pengen keluar dari zona nyaman. Karena di sekolah sebelumnya sudah nyamaaan sekale. Tapi pas masuk malah nangis-nangis meratapi potongan bata, karung semen, dan pasir yang harus dibangun dari awal. Emang gitu. Gitu emang. Pilihan ya konsekuensi. Maka dengan tertatih, sedih, tapi sok asik, gue mulai menyusun potongan bata merah itu.. perlahan. Meski ada momen di mana rancangan semula itu harus bermanuver ke arah lain, tapi mungkin emang rancangan gue sebenarnya adalah gambaran rapuh, dan manuver yang terpaksa itu adalah demi kekokohan si bangunan sendiri.

Jadilah begitu.

Begitulah jadinya.

Masa kelas satu mungkin adalah masa mengenyangkan hati si sisi pengeluh. Tapi ditempa diekskur yang antipengeluh. Jadi pengeluh gak bisa bersertifikat.

Tapi suatu ketika, gue menemukan titik terang dari kebencian ini. Gue menikmati mengilas balik momen-momen penuh derita, yang sebenernya gak penuh-penuh amat. Gue mulai ngerti kenapa begini dan begitu. Dan remah-remah derita itu perlahan menampakan wujud yang gak terduga sebagai potongan bahagia dan syukur. Ah jadi malu.

Memasuki kelas 11, bukan berarti hal-hal kurang enak ini berakhir. Dari yang punya kelas super seru dan SMA banget, masuk ke kelas yang sangat memprioritaskan belajar adalah hal yang sebenernya bikin shock. Sebenernya ini gak derita sih, biar hiperbolis aja. Terus juga membiasakan diri untuk jadi subyek organisasi, bukan hal yang mudah dalam perjalanan 17 tahun hidup Triana.

Tapi lagi-lagi, semua punya pelajaran yang menyenangkan. Saat-saat nangis di MBR dan ada orang yang nyamperin untuk sekedar nanya "kenapa?", saat-saat lari dari bawah bukit ke puncak bukit di pagi buta sambil mikir "kekuatan dari mana yang bisa bikin gue lari setelah tidak tidur 2 hari?", saat-saat udah gak peduli lagi sama noda tanah jenis apa yang nempel di rok sore itu meskipun malamnya masih keluyuran di tempat les, saat-saat gak peduli lagi guyuran hujan "asal acara jalan, cuaca bebas", konyol kalau dipikirin sekarang.

Tapi mungkin itu jawaban dari segala do'a pas SMP dulu. Dan pelajaran kalau indomie gak bakal bisa dinikmatin secara normal kalau gak dimasak. Semua gak bisa dinikmatin kalau gak diusahain.

Gak ada yang tau, tantangan apa yang  gue akan hadapi di kelas XII. Spesies jenis apa lagi yang bakal masuk ke daftar taksonomi hidup ini. "Semoga aku selalu dikuatkan, diberikan jalan keluar, dan diberikan hikmah dalam setiap masalah", mungkin hanya itu yang sekarang dapat ku pinta.

ASIK
udah jam setengah 3. Udah vakum belajar fisika 2 jam deh kayaknya wkwk.


Balik ah.
Dadah
-Triana




Saturday, September 20, 2014

#cerpen: Tidakkah Kamu Ingin Pulang?

Beberapa tahun belakangan lagi suka belajar nulis cerpen dan menghindari tema cinta-cintaan. Tapi untuk kali ini karena harus muter otak nyari tema yang sesuai sama tugas Bahasa Indonesia yang punya kriterianya sendiri, jadi cinta juga ujung-ujungnya. Selamat membaca perspektif yang mungkin tak sama :D

***
Tidakkah Kamu Ingin Pulang?

I
Kamu bilang di sana begitu indah. Kamu tak sengaja menemukan tempat itu sesaat setelah kita berjumpa. Ia tak lebih dari sebuah lubang gelap, dan layaknya lubang hitam di angkasa yang menarik benda langit, ia pun menghisapmu, membuatmu jatuh tersungkur ke dalamnya. Tak ada yang tahu kamu di sana, selain aku yang ingin mengajakmu pulang. Lubang itu tak seberapa dalam, namun kamu tak mau beranjak. Aku bersikeras bahwa kamu harus segara naik, namun kamu bersikeras menolak. Ku dengar suaramu semakin lama semakin jauh, dan binar matamu perlahan menghilang di balik gelap. Aku tersentak, lubang ini semakin dalam, dan kekuatanmu seakan luntur dikalahkan gravitasi. Tidakkah kamu ingin pulang?
II
Nama ku Reda, siswi SMA berumur 17 tahun. Sedang sibuk menyesuaikan diri dengan malam yang kini beralih fungsi menjadi waktu untuk terus terjaga, dan siang yang menjadi waktu untuk berjuang melawan kantuk yang terakumulasi sejak malam. Setidaknya aku harus mensyukuri nikmat berupa akhir pekan, ketika aku bisa kembali disebut manusia.
Pagi  ini seperti biasa, aku bangun pukul  4 dini hari setelah terlelap 2 jam. Hari ini akan ada ulangan fisika, dan karena itulah aku harus merelakan dua per tiga waktu tidurku untuk menjejal otak dengan rumus gelombang. Aku menyeret kaki ku menuju kamar mandi. Aku ambil air wudhu meski harus menahan rasa dingin. Tak apa, setidaknya dinginnya mampu membantu ku mengumpulkan ‘nyawa’. Aku kembali ke kamar, menggelar sajadah dan melaksanakan shalat sunnah. Tak ada yang spesial, sama saja seperti hari biasanya.
Setelah selesai, aku memeriksa ponselku. Menemukan 1 pesan singkat baru.
Selamat pagi Reda, apa kabar?”
Dia lagi. Dia yang telah mengirimkan 20 pesan minggu ini. 2 pesannya ku jawab singkat, sisanya ku biarkan saja. Untuk apa berkali-kali menanyakan kabar?
Sebenarnya ia adalah seorang teman lama, bertahun-tahun kami tidak berjumpa dan baru seminggu kemarin kembali bertemu dalam acara reuni sekolah dasar. Aku datang ke sana sebenarnya untuk bertemu sahabat-sahabat lama ku, termasuk Leni yang dulu adalah sahabat karibku. Namun ternyata, kedatanganku membuahkan efek yang entah berjangka hingga kapan, berupa pesan-pesan singkat darinya. Ia bersekolah di luar kota, dan baru pulang ke Jakarta sekarang. Tapi jika memang ingin tahu kabar, rasanya pertemuan tempo hari sudah cukup menjawab.
Aku segera beranjak untuk mandi dan berpakaian. Biarkan saja pesannya, dan ku harap ia juga akan berpikir sama. Untuk membiarkan aku dengan hidupku dan tanpa gangguan pesan singkat. Setelah selesai berpakaian, aku segera menuju ruang makan untuk sarapan dilanjutkan dengan pamit dan berangkat sekolah. Meninggalkan rumah mungilku di Jalan Warna nomor dua.
Hari ini, setidaknya satu per tiga hari ini berjalan baik dan lancar. Ulangan fisika dapat aku selesaikan dengan baik. Pelajaran lain juga terasa menarik. Tak ada yang mengganjal hati, hari ini seperti hari kebanyakan, berjalan biasa saja. Aku menikmati waktu luangku memerhatikan langit sore. Ku lihat matahari meniti waktu, menitip pesan selamat tinggal pada langit yang berlukis senja.
Sayangnya, hari biasa saja milikku harus berakhir saat ini jua, ketika sebuah pesan singkat kembali tertera di layar ponsel. Sebuah pesan ke 21 dalam 8 hari terakhir.
“Mengapa kau tak pernah membalas pesan ku lagi Reda?”
Sungguh, aku tak pernah membalas bukan karena aku ingin memutus tali pertemanan atau karena aku tak sudi bertukar kabar. Tapi bagiku semua pertanyaan ini berlebihan, dan tak bermakna apa-apa. Biarlah, biarlah ia lelah bersama waktu yang kian menua
III
Gelap katamu. Suaramu kini menggema, dan aku tahu lubang ini semakin dalam. Aku memohon kepada mu agar kau lekas naik, aku katakan pada mu bahwa aku melihat ada tali tambang yang menjulur ke dalam, tepat di sisi lubang. Kamu terus menolak. Kamu bilang di dalam hangat, dan udara itu mengalir memenuhi rongga dada mu, memberikanmu sensasi yang tak terbilang nyaman. Aku sesungguhnya khawatir, tapi tak tahu harus berbuat apa. Ku lemparkan sebatang lilin dan sebuah korek ke dalam. Namun kamu malah tertawa. Sebuah tawa yang menggema. Kamu bilang di dalam memang gelap, namun kamu menikmatinya. Entah sampai kapan kamu bertahan dalam gelap yang membutakan, sungguh aku takut dalam hitungan waktu hati mu turut serta. Aku kini hanya dapat diam, dan kau malah mengajakku untuk turut serta ke dalam. Sungguh ini hal terkonyol yang pernah aku hadapi.
Tidakkah kamu ingin pulang?
IV
Sebuah pagi yang baru. Ketika matahari bahkan belum bersinar sendu, aku dibangunkan oleh suara bising alarm. Pukul 4 pagi. Aku menyeret kaki ku menuju kamar mandi. Aku ambil air wudhu meski harus menahan rasa dingin. Tak apa, setidaknya dinginnya mampu membantu ku mengumpulkan ‘nyawa’. Aku kembali ke kamar, menggelar sajadah dan melaksanakan shalat sunnah. Tak ada yang spesial, sama saja seperti hari biasanya.
Setelah selesai aku memeriksa ponselku. Tak ada pesan apapun. Syukurlah, pagi ini tak ada lagi pulsa yang harus kau relakan untuk mengirim kesia-siaan. Aku segera beranjak untuk mandi dan berpakaian. Sesudahnya, aku menuju ruang makan untuk sarapan dan berpamitan.
Hari ini aku diantar ayah, dan ketika ayah membuka pagar ia menemukan sebuah amplop putih yang terlihat sengaja disangkutkan di depan rumah.
“Surat dari siapa yah?”
“Entahlah, tapi ini untuk kamu Da.”
Aku terperanjat, seumur-umur hanya 2 kali aku mendapatkan surat yang kedua-duanya dari sepupuku yang kala itu sedang mengerjakan tugas bahasa Indonesia, dan kini aku mendapatkan surat ke-tiga yang tak bernama. Aku masukkan surat itu ke dalam tas, dan motor ayah ku melaju melintasi jalan kota Jakarta. Tak sampai 15 menit, motor ayah ku merapat di gerbang sekolah. Aku berpamitan dan melangkah menuju gerbang.
Sejujurnya, aku begitu penasaran dengan isi surat itu. Maka aku bergegas menuju kelas, berharap tak ada siswa lain yang telah sampai agar aku bisa lebih leluasa membaca. Sesampainya di kelas, ternyata harapan ku terwujud, aku murid pertama yang hadir. Kelas ku yang biasanya dihuni 35 siswa itu masih kosong dari kehidupan, dan posisinya yang ada di lantai paling atas membuat kesan sepi itu semakin kental. Maka segera ku letakkan semua bawaan ku, ku turunkan kursi dari atas meja, dan ku ambil sepucuk surat dari tas ku. Ku robek amplop putih yang tak bernama itu. Ku tarik napas panjang dan ku buka surat itu.
Jakarta, 18 Agustus 2014
Reda,
Aku tahu ini terdengar konyol dan tak masuk akal. Setiap hari aku menanyakan kabar mu, namun tak pernah lagi kau balas. Tahukah engkau, aku habiskan setiap waktu ku untuk berharap balasan mu.  Aku sesungguhnya mengagumi sikap mu yang teguh untuk tidak membalas perhatian ku. Sikap mu yang selalu sederhana terlebih dihadapan orang-orang lain yang berlawanan jenis. Sikap mu yang tak pernah sibuk mencari perhatian di kala beberapa orang lain mengimisnya. Tapi sikap itulah yang membuat hati ku semakin luluh lantah. Sesungguhnya aku mencintai mu, dan aku seakan dibutakan olehnya.
Entah apa penilaian mu, Reda. Kelak aku harus kembali meninggalkan Jakarta untuk melanjutkan studi ku. Aku tak berharap cinta ini mampu berwujud. Tapi aku berharap kepastian bahwa suatu saat ia mampu terwujud. Reda, maukah kau kelak menjadi pendamping hidup ku? Memang bukan dalam waktu dekat, toh kita sama-sama masih mencari ilmu, tapi aku harap kamu dapat memberikan ku kepastian. Hingga suatu saat ketika aku pulang, aku tahu kepada siapa aku harus berhadapan, dan ku harap ayah mu adalah jawaban. Ku tunggu balasan mu senin depan, dan apapun jawaban mu itu aku sungguh akan mencoba untuk menerima.
-Deru
Aku tak pernah membaca surat itu sampai selesai. Aku begitu malu pada diri ku sendiri. Bukankah sudah banyak jalan yang ku tempuh untuk perlahan lebih menjaga diri. Tapi mengapa masih ada hal semacam ini yang harus ku hadapi? Ini pesan ke 22 dalam 9 hari terakhir. Meskipun berbeda, ia sama-sama sia-sia.
Ketika sahabat ku datang, aku menceritakan soal surat itu kepadanya. Aku biarkan ia membacanya, meski ia langsung tertawa pada paragraf pertama.
“Lah terus kamu gamau jawab?”
“Ya enggak lah, untuk apa? Kita masih sekolah belum waktunya berpikir ke sana.”
“Hmm benar juga, lagian aku rasa dia sudah tahu ke mana prinsip kamu. Kenapa ya dia masih teguh dengan keinginannya?”
“Entahlah.”
Aku juga tidak mengerti. Kamu mengatakan bahwa kamu sungguh tahu aku tak ingin diganggu soal urusan cinta, dan kamu malah membiarkan dirimu tenggelam dalam perasaan yang membutakan. Sungguh, aku takut kelak hati mu akan turut gelap seperti apa yang kau lihat,  dan gulita menghabisimu dalam sesat. Bangunlah Deru, jangan biarkan dunia mu hanyut oleh arus perasaan yang tak perlu. Aku tak menjawab pesan-pesanmu, bukan karena aku ingin kau mati dalam tanda tanya. Namun aku ingin kau tahu, bahwa tak melulu cinta harus kau turuti. Biarkan suatu saat ia memang hadir untuk berlabuh pada orang yang tepat, bukan sekarang ketika muda mu lebih butuh waktu, bukan candu.
Aku mengetahui akhir dari surat itu dari sahabatku yang membacanya. Sesudahnya, beberapa waktu setelah aku sampai di rumah, surat itu telah berubah wujud menjadi abu.
Sebagaimana belasan pesan singkat yang beberapa hari kemudian masih menjejali ponselku, secarik surat itu tak pernah terbalas.
V
Aku tak dapat berbuat apa-apa lagi. Sudah jelas, aku tak akan terima ajakannya untuk jatuh ke lubang yang sama. Senyaman apapun, seindah apapun. Ku tatap langit jingga yang sedang menyelimuti cakrawala. Betapa sedih diri mu yang tak bisa melihat indahnya senja hari ini. Aku tak tahu lagi bagaimana cara mengajakmu pulang  tapi hari sudah menjelang larut. Maka aku kemas segala cemas, dan ku berteriak ke dalam lubang.
“Kawan, aku akan pulang. Hari sudah menjelang larut. Jika kamu ingin naik kamu hanya perlu meniti tali, jika kau ingin terus ada di sana aku hanya ingin bilang bahwa langit senja pasti lebih indah dari gelap di bawah sana. Kamu yang menilai sendiri mana yang lebih baik bagimu. Selamat sore kawan!”
Aku berlari kecil menuju rumah, entahlah kamu akan memilih apa. Tapi, tidakkah kamu ingin pulang?
VI
8 tahun kemudian...
Aku tak pernah bilang bahwa dalam 8 tahun terakhir aku tidak menyimpan rahasia apa-apa. Terlebih soal isi hati. Sorot mata itu, meski tak lebih dari 1 kali dalam 10 tahun ini aku jumpai, tetap menjadi favorit ku.
 Hari ini mungkin kesempatan terakhir bagi ku untuk kembali menatapnya, sebelum aku menghabiskan umur ku untuk mengabdi di negeri orang. Setelah berkemas, dan memastikan tak ada yang bertinggal, aku kembali mematut diri ku di depan cermin. Ku benarkan letak peniti di sisi jilbabku, dan aku siap untuk sepenuhnya meninggalkan rumah mungil ini. Untuk selanjutnya mengabdi sebagai dokter di negara kecil di perbatasan India.
Hanya satu tempat yang akan ku datangi sebelum berakhir di bandara. Sebuah acara reuni sekolah dasar, yang diadakan lagi setelah sempat mati suri selama 8 tahun terakhir. Betapa lega rasanya kembali menemukan paras-paras teman kecil ku yang telah berevolusi. Tapi dalam tiap kelegaan itu, sesungguhkan aku mencari sorot mata yang telah aku kenang cukup lama.
Ah, aku menemukannya di sudut ruang. Ia bersanding dengan seseorang yang sepertinya juga ku kenal. Aku menghampirinya, dan mata kami beradu. Meski begitu, ia yang menyapaku pertama.
“Reda?”
“Iya, kamu Leni kan?”
Kami berpelukan sebagaimana dua orang teman lama. Aku mengenalkan suami ku kepadanya, dan ia mengenalkan suaminya kepada ku dan suamiku. Betapa bahagianya aku kembali bertemu dengan sahabat ku Leni, terlebih ia bersanding dengan lelaki itu yang belakangan aku tahu bahwa dahulu ia memilih untuk meniti tali, keluar dari lubang gelap yang menjebaknya. Bukankah benar, senja jauh lebih indah dari pada gelap yang kau bilang? 

Aku bersyukur kamu memilih pulang, Deru. {

5 tahun

SELAMAT ULANG TAHUN BLOG KU 
aku lupa kamu ultah bulan lalu.
makasih sudah menghiasi hidupku 5 tahun terakhir.
mungkin gak banyak (atau bahkan gaada) yang bener-bener nyaksiin 5 tahun perjalanan kita dengan utuh, tapi terimakasih banyak untuk hadir dan menerima :)
karena blog lah gue jadi punya cukup kepercayaan diri untuk menulis, walaupun blm ada yang spektakuler, tapi gue jadi tau kalau gue menikmati menulis.
Dan karena dukungan dari pembaca yang ngaku kalau dia baca blog ini lah, gue punya amunisi yang cukup untuk terus mencari dan mencari bahan tulisan.

meski mungkin blog udah gak zaman, tapi di sini gue merasa nyaman. Bagi gue bukan bukan sekedar sosial media, tapi media untuk memaparkan pemikiran, cerita, harapan, suka duka, foto, video, lirik lagu, cinta.

Lagian jadi gak ngebebanin seseorang untuk baca, ketika dia memang gak berkeinginan :)

Terimakasih atas 5 tahun binaannya, yeay.

-Triana

Saturday, September 13, 2014

Pembahasaan

Menghabiskan setengah hari ini untuk tidur.
Karena tenggorokan yang tetiba sakit.
Lah apa hubungannya?

***
Beberapa hari yang lalu aku sibuk tertegun. Memikirkan pembahasaan. Jika pikiran ku saja berbahasa, bagaimana seorang bayi berpikir? Tapi lalu hari ini aku bertanya lagi, jika pikiran hanya bekerja dengan bahasa, bagaimana otak primitif berfungsi? 

Aku rasa aku kini meyakini bahwa akal ku tak hanya digerakan oleh sesuatu yang berkolerasi dengan simbol-simbol verbal. 

Dan memang iya. Rasa takut, panik, reflek bagi ku mereka tak berbahasa. Lalu apakah kita mampu berpikir tanpa bahasa? bagaimana caranya? dan mengapa otak kita secara otomatis dan bahkan kadang terlebih dulu berkeras untuk menerjemahkan keinginan berpikir kita menjadi sebuah bahasa?

Maafkan aku yang hanya menulis tanya. Aku yang sebenarnya sedang menyidang diri ku dengan tanya-tanya lain yang tak dapat ku terjemahkan ke dalam keberanian memublikasi. Sudahlah.

Triana




Friday, July 25, 2014

Wondering?

Assalamu'alaikum.

Gais, puasa tinggal 2 hari lagi.

Udah mau bilang gitu ajasih.

Anyway, gue ketemu website yang gue banget nih. Suka nanya-nanya gajelas abisan nih salah satu sisi otak gue. Kamu begitu? sepertinya banyak orang begitu. tos yuk? *online tos*


karena bertanya membuat otak kita bekerja. kayaknya sih gitu.


udah.

HAHA

-Triana

Thursday, July 24, 2014

#Haiku - Diam saja

Aku terdiam
Dunia hening
Kebenaran berlalu

Nestapa yang meraja
Terus menjerat
Karena sunyi

Kau tanya
Hakikat kebenaran
Remah yang hancur

Tak bersuara
Biar dia meluruh
Menyatu tanah

Tinggalah sesal
Ajak kita bersatu
Pesta tangisan

***

Yey asik bgt ternyata :') You have to try it by yourself! Tapi untuk nyari kata yang 5-7-5 atau 5-5-7 atau 7-5-5 suku kata aja udah kompleks, nyari rima bakal lebih menantang lagi. Tapi karena aku masih cinta kata dan rima, mungkin esok lusa kita kan capai. Belajar dulu yuk mari bersama!

-Triana

1.07

Pukul satu nol tujuh
Kagum yang baru
Jadi haiku

#yah

ceritanya tadi lagi baca buku antalogi haiku. I think it is brilliant idea to start writing pop genre haiku. lalala yeyeye. Terus cerita itu jadi haiku. Tuh di atas.

:)

apasih gue

-Triana

Saturday, July 12, 2014

Some random question

If you asked me, KENAPA JADI AKTIF BGT NGEBLOG OI?

1.pengen
2.bosen
3.sebenernya gak bosen, der ar so macs ting tu du. tapi aku pengen. So ya udah.

Karena ask.fm terlalu sosial, kita mencet random question yuk trs jawabnya di sini. AHAHAH #penting

1. What song did you most recently get tired of due to its overplaying?
Wah udah 2 minggu ini gak nyalain playlist ^^ tapi kayaknya udah beberapa bulan lagi suka denger lagu dari musisi yang itu-itu aja dan belum bosen :p 

2.What is art to you?

Nah ini menarik. 
menurut translate.google. Art adalah seni
Menurut KBBI:
2karya yg diciptakan dng keahlian yg luar biasa, spt tari, lukisan, ukiran; seniman tari sering juga menciptakan -- susastra yg indah;" 
Hh
Menurut gue seni adalah karya estetika yang punya nilai di dalamnya. Keindahan yang punya nilai filosofis, dan punya 'pesan'. Yea and dats tru, dibuat dengan proses. Gue suka seni terlebih sastra dan kayak yang sebelum-sebelumnya gue ceritain gue suka seni standup pun gue suka musik, teater, photography. Still, di era bebas berkarya kayak sekarang banyak karya-karya yang ada dalam golongan seni kayak musik, ilustrasi, bit-bit oneliner, cerpen yang muncul bebas tapi kadang gue kehilangan nilai di dalamnya, bukan berarti dia bukan seni :) tetep lewat proses toh? toh beda lidah beda rasa.

3. What is the one thing you could not live without?

Oksigen

4. Have you ever thought about becoming vegetarian?

Beberapa kali. Mikirnya gini: jadi vegetarian masih bisa makan coklat, bisa makan cake kok. Toh gue gak anti sayur, tahu tempe juga enak. Coba ah *lalu sampai rumah ada ayam di meja, dimakan*

5.What do you think Ask.fm has, that no other site has?

Sebenernya kalau dipikir-pikir, website kayak ask.fm kan ada juga ya.. kayak formspring.me. Cuman momennya lagi bagus, dan media kayak handphone sekarang lebih ngedukung application kayak ask.fm untuk lebih mudah diakses. Jadi gitu :) lagian kalau ngebet mau ditanya-tanya tunggu aja UH yang bentuknya essay ;)

6.What single piece of technology makes your life easier?

Ada banyak. Tapi mari kita berterimakasih kepada: Google.

7.What is your favorite clothing store?

NGAHAHA anti nih sama pertanyaan ginian. Gakdeng biasa aja. Aku gak suka belanja, tapi suka keliling untuk ngeliat benda-benda lucu. Tapi tetep gak begitu tertarik belanja baju. Lebih sering dibawain pulang baju sama ibu, atau minjem :) jadi anak perempuan itu kadang sederhana. Kadang.

8.What's a subject you wish you knew more about?

Biologi

9.Do you remember your first day at school?

Inget pas masuk SMP sama SMA. Pas SMP jaim, aktif, dan judes. Nginget cara nekuk muka kala itu aja jadi serem sendiri. Nginget betapa 'ambis'nya kala itu aja jadi geli. AHAHA pas masuk SMA  udah tau gak jago jaim malah sok jaim. Hasilnya ya jaimnya gagal XD

10. What would you suggest everyone to try?

1.Ngelakuin apa yang gue lakuin sekarang (jawab random question ask.fm di blog)
2. Kalau lo punya 1 porsi rendang, sementara ada 3 orang yang mau makan: pecahin telor ke rendang, bikin telor orak-arik rendang :9
3. Udah malem, tidur gih.

Udah 10 pertanyaan. udah jam 0.15. Duh apakah ini penting?


-Triana

Friday, July 11, 2014

Kapan?

Rana,
dari ada ke tiada
dari tiada ke ada

Apakah hidup ini soal mengada-ada?
Sekedar mengganda-ganda?

Rana,
Aku terombang-ambing dalam pendirian
Ingin rasa aku melangkah dengan apa yang aku anggap "benar"
Tapi Rana,
Aku tak mampu menerjemahkan pendirian ku dalam bahasa
Pun aku tak ingin ia mengendap dalam sel-sel otak

Aku kadang lelah berjanji
Aku rasa ia lebih lelah lagi diingkari
Aku ingin mulai melangkah pasti

Tapi kapan. Rana?


Wednesday, July 9, 2014

Merangkai cita

Assalamu'alaikum,
Selamat hari ke-12 puasa bro sist. Dan ke-13 bagi yg menjalankannya :)

Gimana udah pada pilpres tadi pagi? Yaudah dari pada pusing mihak media mana, mending kita #PemiluDamai. Easik gak gue?

Ngomongin media, jadi inget remah-remah harapan. Seperti tweet gue mengenai telah masuknya generasi kami ke era di mana interaksi sosial sebagian diwarnai pertanyaan "mau kuliah di mana?" atau hal yg terdengar lyk dat, kemaren tante gue pun bertanya hal yg sama. Bedanya, dia inget potongan harapan gue yg lain, yang kok kayaknya kontras..

"Jadi Hana mau kuliah di mana nih"
"Ehehe, pengennya biologi tante"
"Loh bukannya hana mau jadi.. eh apa dulu.. wartawan?"
"Iya tante, wartawan alam :))"
"Oooh jadi mau masuk univ P?"
"Pengennya sih Univ I tante? :)" *lalu meninggalkan tante gue yg lagi ngaca*

:') Dari dulu gue suka membayangkan arah hidup mau dibawa ke mana. Gak kebayang sekarang hampir sampai di check pointnya. Entah ini check point ke berapa. Walaupun yang gue percaya sekarang, check point ini bukan akhir arah hidup. Tapi layaknya ada di persimpangan, bisa jadi kalau lo ke kanan lo gak bakal pernah sampe ke Bogor, Bogor cuman bisa di tempuh kalau lo belok kiri. Tapi bisa pula kalau lo belok kanan lo tetep bakal sampe ke bogor, kadang kan kita gak 'ngeh' ada jalan 'berbeda' untuk sampe ke Bogor. Duh pengen roti unyil #SalahFokus

Gue baru SMA mau masuk ke kelas 3, tapi 2 tahun ini aja udah penuh kejutan.

Dulu waktu SMP pernah wondering mau masuk IPS. Pengen jadi jurnalis, masuk komunikasi. Keinginan jadi jurnalis udah tumbuh sejak SD, ketika gue berandai-andai besar nanti jadi apa. Keinginan gue untuk ketemu sama banyak tokoh, dan bisa berpelisir keliling Indonesia -- bahkan dunia-- membuat gue yakin pengen jadi jurnalis. Waktu SD gue suka baca Bobo, ngebayangin jadi jurnalis yang ada di rubrik tokohnya ituu loh (yang suka ada karikatur narasumbernya) dan kalau gaksalah juga pengen jadi pengisi rubrik potret negeriku. Pas masuk juga SMP jadi hobi ngeblog, duh kayaknya jurnalis tuh gue banget. Ditambah novel-novel yang gue baca banyak yang suka cerita pengalamannya sebagai jurnalis, Negeri 5 Negara, Trilogi Bumi Manusia, Rana yg ada di Supernova, dan kayaknya masih ada lagi deh.. seakan mengiming-imingi gue gambaran kerja di media massa. "Mengubah dunia dengan kata," rasanya kalimat itu terdengar keren banget aduhai, sampe sekarang masih keren :')

Dulu kayaknya lantang banget dan yakin banget bilang bahwa berkarier di situ adalah tujuan gue. *kesannya gue tua banget ya*

Bukan, ini bukan tentang cita-cita yang pupus. Tapi arah hidup yang gabisa ditebak. Mungkin esok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, windu depan, dasawarsa depan, arah ini makin random atau malah ia cuman mencari jalan lain untuk menuju muara yang sama.

Masuk SMA, mulai ada keraguan untuk ngisi kolom cita-cita. Rasanya semangat itu gak lagi sama. Naik ke jenjang kelas 2 SMA, akhirnya memilih IPA. Pas itu rasanya sebagian hati kontra, sebagian lagi marahin hati yang kontra. Jalan di IPA setahun kemarin emang rasanya gak mudah, lebay sih, tapi semakin berat krn ada jeritan yang meronta "gue kan gak minta tempat kita di sini han" *lalu nangis dalam hati* pun sisi hati yang lain tetap marahin hati yang nangis, ini kan pilihan kita, kenapa harus berontak?

lalala

Sampai gue sadar bahwa gue memang punya hati di ipa, se-susah apapun, se-berat apapun. Bagaimanapun fisika, kimia, biologi punya magnet tersendiri punya ke-seru-an tersendiri yang emang kalau lagi depresi gantinya dimaki-maki. Tapi aku cinta kamu, science. mungkin hubungan kita kayak hubungan sosial ence, awalnya kita sulit saling mengeti, tapi abis itu bisa ngabisin berjam-jam bareng-bareng dan larut dalam keseruan canda tawa kita, walaupun beberapa omongan kamu pun masih terasa abstrak di otak ku, duh science.

Tulisan di atas udah kayak pengalaman 10 tahun. Duh aku cuman anak 3 SMA yang masih mencari jalan..

Sampe malam ini, keinginan mengubah dunia dengan kata masih menyala. Begitu pula keinginan ngembangin riset dang pengetahuan biodiversitas. Pengennya sih ngeblend, ah tapi kita liat saja nanti :) Manusia bisa bercita-cita, berjuang dan berdo'a, lalu hanya pada-Nya kan kita mampu berharap? :) Yang Maha Pengasih, memang tak mampu terganti, jalan-Nya kini mungkin terlihat begitu kabur di mata kita yang terbatas, tapi kasih dan ilmu-Nya lah yang tak terbatas. Ya Allah, semoga apapun nanti yang jadi jalan hamba, semoga itulah yang Engkau pilihkan sebagai jalan yang paling baik :')

Sekarang, gue sebagaimana orang-orang yang mencari-cari topik untuk membuka interaksi sosial, seneng dengerin harapan temen-temen yang lagi sama-sama ngerangkai harapan, semoga kelak jadi cita-cita, lalu terwujud bersama waktu.

Ada banyak yang udah yakin akan cita-citanya jadi dokter, bahkan udah tau mau milih universitas apa, dan udah tau strategi segala rupanya.

Ada pula yang udah yakin akan cita-citanya jadi selain dokter dan dengan daya juang yang sepadan.

Ada pula yang udah tahu beberapa pilihan hidupnya, tapi masih mencari satu cahaya yang lebih terang dari yang lain.

Ada pula yang sudah berjuang untuk dapet yang terbaik, meski belum tahu bakal belok ke mana di persimpangan nanti.

Tipe apapun kamu, mulai dari post ini tersebar di media maya, kita bakal berjuang dalam satu tahun ini. Berjuang menuju check point berikutnya yang sebenarnya bakal nyambut kita dengan perjuangan yang lebih berat :)

entah esok, lusa, minggu depan, bulan depan, windu depan, dasawarsa depan, gue bakal memperbaharui cerita-cerita tentang jalan hidup ini dengan cerita macam apa pun gue belum tahu.

Selamat merangkai cita! Aku mau kok tahu tentang cerita mu, boleh dishare kk ;)

-Triana

Sunday, July 6, 2014

Yah Random

Assalamu'alaikum.

Selamat menjalankan bulan Ramadhan untuk spesies bumi dan sekitarnya :) Alhamdulillah bro, bulan penuh berkah!

Anyway, lama tak ngeblog..

Nulis apa ya..
apa ya..
apa..
ya..

Terakhir kali nulis tentang suci 4 yak? udah final dan udh tau siapa yang menang ahaha. Tapi sebelum final gue sempet ke acara stand up comedy festival. Sebenernya gak bener-bener ngerencanain pergi sih, cuman pengen aja. Di hari H awalnya gaboleh pergi sendirian tuh ;) dan udah hopeless banget gabakal pergi. Ortu udah bersedia nganter, tapi di dalem hati rasanya gaasik aja pergi sama orang yang beda selera, takut mereka gak suka dan nanti malah bosen apalagi gak semua orang suka sama komedi model begini, suka dianggep harus lucu dan ditanya "LUCUNYA DI MANA???" yah walaupun ortu gue sudah terbiasa nonton suci4 krn hampir tiap kamis malem TV ruang tengan "terjajah". Akhirnya karena harus memilih antara "pergi bersama ibu dan ayah" atau gak nonton sama sekali, gue akhirnya... memilih pilihan pertama. Dan pas sampe venue ternyata mereka gak turun.. walhasil Triana nonton sendirian, duh jombs. Gapapa gue jombs bahagia.

So what's my opinion about stand up fest?
Gokil sih. This is the first time for me, attanding stand up comedy event. Dan kayaknya mulai setuju sama opini orang kalau lo nonton on the spot bakal lebih lucu dr pada nonton di TV. Karena crowdnya memaksa lo untuk ketawa. HEHE. Tapi agak sedih juga nonton live karena yg pasti gak ada proses editingnya, gak ada proses sensornya. Bagi gue pribadi beberapa jadi terlalu 'bebas' dan bagi gue pribadi jadi gak berkelas. Tapi ya, ya, hikmahnya gue jadi sadar kalau di luar sana banyak budaya yang kontras sama lingkungan tempat hidup gue sekarang :) dan gue harus menyiapkan diri untuk paham harus bertindak apa. Yagitulah. Tapi over all senang sekali bisa berkunjung dan nonton 2 komika kesukaan yaitu gilbhas dan pandji :') gak nyangka di waktu itu kedua komika favorit tampil. Sayangnya gue gak ambil foto sama sekali, kalau ditanya kenapa mungkin gue akan berkilah "karena gue mencoba menikmati pertunjukan" sebenernya sih mager aja, aku kan sendirian kala itu #kokjadicurhat.

Cerita apa lagi ya..

Sebenernya akhir-akhir ini lumayan asik. Abis ulangan ke sekolah juga gak ngapa-ngapain. Sempet rihlah 2 kali sama akhwat-akhwat hebat dan adik-adik kece. Ke kebun raya bogor dan ke monas. Duh 2 tempat yang gue dambakan.

Ngapain lagi ya.. gak ada sih tapi lagi bahagia kok ada di Bulan Penuh Berkah :D yuk maksimalkan Ramadhannya kawan!

Anyway lagi denger lagu kritik tanpa solusi, lagunya lucu deh. #YaRandom.

okedey, selamat berpuasa :)
Triana

Tuesday, July 1, 2014

Di Beranda

Ini bunga Sansevieria atau lidah mertua. Ituloh yang daunnya panjang2 dan kaku. Ternyata punya bunga! #BaruTau


Tanaman liar yang subur. Asri benar itu bebatuan

Cantik.




"Hanaa! Jangan lama-lama main di luarnya"

Oke. Mari kita masuk.


Selamat dini hari, penduduk!
-Triana

Friday, June 13, 2014

A night with SUCI 4

Assalamu'alaikum,

Abis nonton SUCI 4 babak semi final. Men keren banget. Gak, ini emang bukan malem yang paling lucu diantara episode-episode sebelumnya, tp di sini pas komika terakhir harus pulang terasa sebuah ikatan persahabatan yang indah banget :') SUCI tuh hiburan kayaknya selalu ngasih ilmu baru, entahlah tentang hal absurd, hal kecil yang biasanya gue kira cuman gue yang mikir kayak gitu, sampe nilai-nilai budaya.. dan sekarang dia ngajarin gue bahwa walaupun lo berada di sebuah kompetisi, ini bukan halangan bagi lo untuk tetep bersahabat dengan sehat. gitu kali ya kira-kira.

Anyway, gue suka variasi yang disuguhkan di SUCI 4. Ada komik-komik budayawan, komika yang jago di teknik, komika absurd, bahkan sampai komika yang nge-set bit-bitnya dengan kandungan dakwah. Over all ini keren banget :')

udah cuman mau cerita ini aja :)

-Triana

Friday, May 16, 2014

"Nyonya, mari kita melangkah"

Bagi dunia mu yang hitam putih,
Pelangi hanyalah sebuah gradasi, dan tembok kosong adalah keindahan tersendiri.

Bagi dunia mu yang hitam putih,
Benar atau salah sudah begitu pasti, rasa hanya mampu memperkuat ilusi

Bagi dunia mu yang hitam putih,
Tak ada beda rutinitas dengan mimpi, toh waktu bergulir tanpa permisi

Tapi
Wahai nyonya dalam balutan hitam putih,
Bolehkah aku mengubah rima dalam deskripsi?
Bolehkah aku pura-pura tak sengaja menumpahkan butiran seri?

Sebelumnya, perkenalkan diri ku nyonya
Aku hanya seorang gadis muda yang membara
Mendamba dunia yang penuh warna
Diracuni cerita dongeng kala belia

Kita, aku dan nyonya bisa jadi hanya fiktif belaka
Tapi nyonya, bisa jadi dunia memang telah begitu berbeda

Izinkan aku bercerita, nyonya
Tentang beda dunia kita

Bagi dunia ku yang penuh warna,
Pelangi usai hujan adalah pesan gembira, dan tembok kosong menitip pesan: mari mengisi dunia dengan suka ria!

Bagi dunia ku yang penuh warna,
Perasaan adalah hal utama, dan hidup begitu indah berhias cinta

Bagi dunia ku yang penuh warna,
Mimpi adalah landasan cita, waktu adalah aliran air bagi para pengembara

Nyonya
Setidaknya dunia mu yang serba hitam putih telah mengajakku menjelajah jiwa
Menelaah hidup yang aku hidupi dan tentu ku rasa

Nyonya
Setidaknya dunia mu yang serba hitam putih telah mengajakku tertawa
Menertawakan hidup ku, hidup mu, hidup kita

Hidup mu yang sama saja
Hidup ku yang terbuai  fana

Nyonya
Ya, dunia kita bukan lagi buku mewarnai kosong anak umur tiga
Begini saja nyonya,
Meski umur ku begitu belia, aku tawarkan engkau untuk berbagi makna
Meski dalam hidup mu yang ku lihat hanya warna yang sama
Tapi mungkin ini yang harus ku timba, karena lekas waktu membawa dewasa, masa berbeda
Dan mungkin ini yang harus ku bagi bersama, karena aku takut kelak hati mu tak lagi peka

Kelak ku harap rima kita berubah,

Bagi dunia kita yang indah,
Hidup berjalan berhias pelangi hikmah, dan tembok kosong menitip resah

Bagi dunia kita yang indah,
Eksak membawa kepastian dalam "benar" dan "salah", selebihnya biarkan ia hadir dalam musyawarah atau ilmu yang absah

Bagi dunia kita yang indah,
Mimpi adalah medan jelajah, realita tak pantas dijajah, waktu bukan tempat menyerah

Bagi dunia kita yang indah,
Hitam putih dan warna tak saling membantah, menjadi beda yang tak saling mematah

Nyonya, mari kita melangkah.

-Triana

Friday, April 18, 2014

Salam dari Albatross

Assalamu'alaikum,
Apa kabar? baik? semoga saja :)

Isi blog gue makin random aja ya. dan sekarang akan makin random MUAHAHA. Jadi gini coy, gue pengen cerita cuman mager. nonton video dulu yaa



*wah ternyata gini caranya masukin video dr vimeo* #norak

Yaa! udah ditonton?

AHAHAH CIEEE YG BACA SEKARANG GABISA NONTON KRN VIDEO NOT FOUND XD (updated 16/5)

Kalau lo pernah baca dongeng Punyi ini sebenernya masih berhubungan. Video itu tentang Albatross dan permasalahan hidupnya. Permasalahan hidup yang disuguhi manusia :') Lihatlah, kadang praktis di kita, gak enak di makhluk hidup lain. Kadang simple buat kita, jadi kompleks buat teman kita dibelahan dunia lain.

Yuk, kurangi pemakain plastik. Gue sendiri udah bertahun-tahun kali ngomong kayak gini di depan orang tapi sendirinya masih suka minum air mineral dan air berglukosa tinggi kemasan botol plastik, dan masih sering lupa bawa shopping bag. Tapi men, hari ini harus lebih baik dari kemaren. Kita coba berevolusi yuk, jadi manusia yang lebih ramah sama lingkungan.

Bukan dengan senyum-senyum ke alam kayak gitu keleus.



Ini mungkin hanya tentang Albatross, tapi satu individu, suatu populasi, mempengaruhi ekosistem men. Yuk jadi agen perubahan :D

-Triana

Saturday, March 29, 2014

Mendamba

Ibu, maafkan aku.
Aku mendamba menjadi layaknya kupu-kupu
Namun yang ku punya belum seberapa

Aku mendamba terbang bebas
Namun yang ku mampu baru melata

Aku ingin gesit bergerak
Membuat bunga-bunga merekah

Namun yang ku mampu baru mengenyam dedaunan
Meniti dari ranting menuju ranting

Ibu, maafkan aku

Sudah begitu banyak lelah yang kau tanggung
Membesarkan anak mu yang masih serba tanggung

Maafkan aku yang masih jatuh bangun
Maafkan aku yang kurang sungguh-sungguh
Maafkan aku yang masih suka tersungut-sungut

Do’akan tak ada predator yang memangsaku
Do’akan tak ada garam yang mampu hentikan langkah ku

Ibu, aku mendamba menjadi layaknya kupu-kupu
Agar aku dapat membuat bunga-bunga merekah
Namun aku jauh lebih mendamba
Kelak suatu saat, melihat senyum mu merekah.


Semoga Allah mengizinkan ku menyaksikannya bersama semesta.

Triana.

Friday, March 21, 2014

tereteret

Lama tak ngeblog ya :)

Song of the week: GAJAH! - Tulus

Setidaknya punya tujuh puluh tahun
Tak bisa melompat ku mahir berenang
Bahagia melihat kawanan betina
Berkumpul bersama sampai ajal

Besar dan berani berperang sendiri
Yang aku hindari hanya semut kecil
Otak ini cerdas ku rakit perangkap
Wajah mu tak akan pernah ku lupa

Waktu kecil dulu
Mereka menertawakan
Mereka panggil ku gajah 
(Ku marah) Ku marah

Kini baru ku tahu
Puji di dalam olokkan
(mereka ingat ku marah) 
Jabat tangan ku panggil aku: Gajah!

Kau teman ku
Kau doakan aku
Punya otak cerdas, Aku harus tangguh
Bila jatuh, Gajah lain membantu
Tubuh mu disituasi rela jadi tameng ku

Kecil kita tak tahu apa-apa
Wajar bila terlalu cepat marah
Kecil kita tak tahu apa-apa
Yang terburuk kelak bisa jadi yang terbaik
Yang terburuk kelas bisa jadi yang terbaik

:) 

Sukak.

1. Karena ini bercerita tentang fauna :'
2. Karena lagu ini mengingatkan gue pada analisa masa lalu mengenai "kampret" *maaf kasar*
3. Karena lagu ini penuh diksi yang menyenangkan :)
4. Karena emang enak. aha :)

ANYWAY. Album Tulus yang nama albumnya juga "Gajah" ini menarik. Gue suka diksinya tapi ada banyak bagian yang gue gak suka liriknya AHAHA mungkin karena banyak yang menggambarkan "cinta" dan "wanita" dan gue gak terlalu tertarik dengan hal tersebut. Tapi untuk vocalnya tetep keren (Y) warna musiknya juga variatif uye.

TAPI ALBUM WSTCC YANG LAGU DAERAH KEREN BANGET!! *mumpung lagi ngomongin musik* 


#oke

Banyak cerita seputar Maret. Cuman gak pengen cerita ke kamu aja. 


nih bunga buat kamu.
GUDBAY.
Triana. 

Friday, February 28, 2014

terpaksa?

Malam ini disponsori film KPK.

Serius deh, iseng-iseng nyari short film di youtube dan berakhir menghabiskan kurang lebih 1 jam untuk nontonin film-film "Kita versus korupsi". nyelekit men. Dari pagi gue udah berencana ngepost #HOTD (hikmah of the day) dengan isi yg kira-kira berbunyi: "jadikan situasi "Terpaksa" sebagai motivasi, bukan alasan untuk lari dari prinsip", dan malam ini ditutup dengan short movies tersebut yang punya benang merah sama hotd hari ini :'

Kebetulan itu emang keren.

Tapi gaada kebetulan (katanya)

Mungkin di silabusnya semesta, materi buat gue hari ini emang ini kali ya. Terimakasih semesta. Terimakasih Allah, Alhamdulillah masih dikasih waktu untuk belajar, dan terus belajar :')

Dan film-film tersebut ternyata soundtracknya Menjadi Indonesia-nya Efek Rumah Kaca. Song of the week Triana punya benang merah sobat.


Masih banyak jalan menjadi besar :)
yuk jadi pemilik prinsip yang bertanggung jawab. Sama-sama belajar :) Susah tapi pasti bisa.



Triana

Tuesday, February 25, 2014

17!

Assalamu'alaikum wahai jiwa-jiwa yang masih dikasih umur sama yang Maha Pengasih :')

HEHE kangen ngeblog ya bro..

Hidup gue akhir-akhir ini? jatuh dan (InsyAllah) bisa bangkit lagi :) ya gimana ya.. ekspetasi awal jadi anak kelas XI itu lurus-lurus aja.. taunya gak kalah harus adaptatif dari kelas sepuluh. 1 kata penuh makna deh buat kita: Semangat!

AHAHA apasih.

idih udah lama gak ngeblog macam ini.

Jadi, sekarang umur ku udah 17 :) Alhamdulillah Ya Allah, masih dikasih nikmat iman dan nikmat sehat. Dikasih keluarga, guru, teman, kakak, adik, dan orang-orang sekitar yang penuh kasih sayang. Dikasih wadah untuk mengembangkan diri dan berkarya. Dikasih masalah dan petunjuk jalan keluar. Dikasih berkah rezeki dan rasa damai di hati. Yang Maha Pengasih memang gak terganti :")

Walaupun ada sedikit rasa sedih dan kecewa pas inget 17 tahun dari sekian tahun hidup gue udah berlalu. :') Berubah yuk, han.

"Lekas bangun dari tidur berkepanjangan. menyatakan mimpi mu. cuci muka biar terlihat segar. merapikan wajah mu. Masih ada cara menjadi besar." -Menjadi Indonesia, Efek Rumah Kaca (lagi) -- kembali menjadi song of the week Triana.

Random bngt tiba-tiba song of the week.

Yaudah lanjut lanjut..

Jadi pas aku 17-an kemarin (17an tuh terdengar kayak 17 agustusan. biarin.) dikasih kesempatan motong ginjal....sapi #antimainstream


Eniwei. Makasih teman-teman untuk do'anya :') semoga umur kalian juga senantiasa diberkahi Allah.. Aamiin ya Rabb..

Dan makasih pula adik-adik ku xenopati untuk surprise yang nyebelin tapi bikin speechless :P kalian the best lah.


gapunya foto pas hari H. Sukses kok bikin speechless.. :)


-Triana :)

Tuesday, February 4, 2014

Insecta




Organisme mungil yang suka bikin Hana takjub dibuatnya.


Pernah memerhatikan detil seekor jangkrik? cantik. Aku memerhatikan satu pada saat praktek uji respirasi. Binatang-binatang kecil ini sering kali gak keliatan mata,tapi ada. 

Bayangin gak kalau kita sekecil mereka bisa kah kita bertahan hidup?

Kalau sudah dijawab, mari dilanjutkan ke pertanyaan lain.

Kalau kita sebesar kita yang sekarang, bisa kah kita mempertahankan hidup mereka dan tempat asal mereka? Namanya alam.Ya, salam kenal.


Mari berteman baik dengan alam. Supaya makhluk mungil menawan ini gak minggat dari semesta.



-Triana (dan otaknya yang dipenuhi materi sejarah ulangan nanti pagi (sedangkan ini pukul 0.57))