Wednesday, April 7, 2021

Self Reflection Journal #2: Enjoy!

Assalamu'alaikum.

Apa yang membuat mu kuat ketika melewati hari-hari yang berat?
Apa yang membuat mu sukarela menerima yang kau punya?
Apa yang membuat mu bangkit dari sakitnya jatuh dalam kegagalan?

Jawab sendiri ya jangan tengok kiri-kanan (buat apa juga?)

***

Bagiku, jawaban atas pertanyaan ini ada banyak ragamnya. Tergantung mood dan kondisi otak ku sedang berceramah tentang apa wkwk. Yang pasti, dan pastinya, adalah karena aku selalu punya Allah. Aku tahu apa yang Ia gariskan menjadi takdirku, pasti yang terrrrrbhaik! p.s.: bukan yang termudah.

Ragam jawaban lainnya adalah: 
- menerimanya; dan
- menyukainya

***

Bagiku, menyukai sesuatu adalah kuntji.

Aku seringkali melibatkan faktor "aku suka itu!" dalam membuat keputusan
Misalnya, jurusan, pekerjaan, order go-food, atau memilih buku apa yang ingin aku baca selanjutnya

Jujur, aku gak merekomendasikan cara ini pada setiap orang. Tentu ada orang-orang yang terlahir rasional dan tumbuh besar secara rasional. Dan rasional adalah sesuatu yang menurutku mahal. Betapa besar harga dari berpikir secara matang demi kemasalahatan. Sesuatu yang aku tidak miliki secara dominan, tapi aku menghargainya! :)

Back to "menyukai".

Bukan berarti aku selalu mendapatkan apa yang aku suka
Tapi justru ketika aku mendapatkan yang sebaliknya, berusaha 'menyukai' adalah jurusku untuk retas

Seperti ini:

Dulu, rasanya masuk IPA bukan sepenuhnya keinginanku.
Loh, aku kan mau jadi jurnalis. Cita-cita tersebut sudah berulang kali aku deklarasikan sejak duduk di bangku SD. Maka secara logis, seharusnya aku memilih IPS.
Tapi aku tahu akan ada perasaan yang dikorbankan ketika aku memilih IPS. Perasaan pihak lain, dan sebagian perasaan ku yang masih abu-abu.
Akhirya aku masuk IPA. Bukan sepenuhnya keinginanku, tapi ia adalah pilihanku.

Bagaimana rasanya menjalani hari sebagai anak IPA setengah hati?
Tentu berat. Tapi setengah hatiku tidak berlangsung lama. Karena aku berusaha menginvestasikan perasaaku pada IPA.

Aku berusaha mencintai fisika
Aku berusaha berteman dengan kimia
Aku ... mencoba belajar matematika.. tapi remedial terus sih (kecuali 1 materi, kalau ga salah wkwk)
Aku jatuh cinta pada biologi

Proses mencintai IPA kalau dipikir-pikir lucu juga. Aku lupa bagaimana caranya sampai akhirnya aku bahkan bisa sedih ketika dapat matkul fisika dasar terakhir di kuliah. Yang aku ingat, aku hanya mencoba bilang pada diriku "woooooow howwww excitinggggg!" ketika menerima konsep-konsep ilmu alam. Tapi dilakukan dengan tulus ya :) sampai akhirnya aku melakukannya, tanpa diperintah (dan kadang berlebihan wkwkwkkw).

Mungkin kuncinya adalah begini:
1. Menikmati hal-hal kecil, mengagumi bagaimana ia ada dan bekerja
2. Mengasah rasa ingin tahu
3. Menanam benih antusiasme

Percaya atau engga (tapi harus percaya). Kalau dulu aku setengah hati jadi anak IPA, memasuki bangku kelas tiga aku mulai sukarela mempelajarinya. Bahkan kagum sama konsep-konsep dan kekerenannya. Memasuki semester lima aku mulai ingin dunia tahu bahwa IPA tuh keren bgtz gils ga ngerti lagi. Dan ketika sampai dunia kerja, aku justru nyari-nyari kerjaan yang ada IPA-IPAnya HAHA :') InsyaAllah nexttt journey adalah mewujudkan mimpi-mimpi meningkatkan literasi sains bangsa yaaaas!

udah-udah, balik ke topik awal.

Menyukai sesuatu buatku berlaku untuk banyak hal. Bahkan mungkin apapun. eh iya gak sih wkwk.

Kita pastiii pernah ga suka sama orang, kalau aku, ku berusaha nyari sifat doi atau perilaku doi yang menurutku lovable. Meskipun ini PR yaaa! ga mudah emang wkwk. Aku pun masih belajar

Kita juga pastiiii pernah ga suka sama suatu aktivitas. Aku dulu ga suka nyetrika wakkaka. Tapi pada suatu titik waktu aku suka banget! Caranya adalah, nyetrika sambil nonton master chef. Aku suka acaranya + ngerasa produktif banget??? bisa belajar, nyari hiburan, sambil nyetrika! Terus aku cari cara-cara lain yang bikin aku suka nyetrika, misalnya: bikin playlist nyetrika yang isinya lagu-lagu seru, cerah, ceria, seperti senin pagi dannnn mendengar podkes2 sains!

Kita juga pastii pernah ga suka sama suatu barang di dalam hidup wkwkw. Nah yang ini bisa dihias atau dipasang sesuatu yang kita suka. Aku biasanya suka yang lucu-lucu. Terus, kalau waktu kecill aku juga suka namain benda-benda, hal itu ngebuat hubungan aku dan benda tersebut semakin akrab. Kalau itu terlalu kekenakan, paling tidak coba ingat2 kebaikan benda itu terhadap hidup kita. Betapa ia memudahkan gaksi~ (atau engga?). Dan inget, dia hadir di hidupmu karena sudah Allah jadikan ia rizkimu.

Seeeems so positive right?
Yapp! begitulah cara aku menaklukan gundah, jatuh, atau hari-hari yang terasa buruk.
Tapi aku bukan sinar mentari, tentu aku ga terus-menerus merona, cerah, dan ceria. Kadang kala aku butuh waktu panjang untuk bisa menerima upaya ku menetralkan suasana. Kadang aku perlu jeda untuk sekadar berair mata. Bahkan kadang, upaya berusaha menyukai adalah proses yang menyayat-nyayat.

Tapi semua pasti akan selesai dan baik-baik saja
Suatu hari nanti

-Triana






Monday, April 5, 2021

Self Reflection Jurnal #1: Intro

Assalamu'alaikum

Dalam kolom form registrasi atau obrolan-obrolan semiformal, aku seringkali bercerita bahwa hobiku adalah menulis. Biasanya aku sandingkan hobi tersebut dengan hobi lain, seperti membaca, menggambar, atau yang teranyar adalah mencuci piring. Kadang kala, di sesi berpikir, aku suka bertanya-tanya: "Apakah menulis benar-benar hobiku?". Pertanyaan ini muncul karena aku bisa memiliki jeda yang cukup lama dari satu karya ke karya lainnya (dan aku tidak apa-apa), aku bisa merasa beratt sekali untuk menulis satu buah artikel, aku seringkali lebih capek saat menyunting kata daripada mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain, dan aku gak pernah benar-benar menerbitkan tulisanku (selain di media sosial).. sebagaimana sebagian teman-teman sebaya ku yang menyatakan dirinya suka menulis.

Tapi setelah banyak argumen yang aku ajukan untuk menantang diriku sendiri, sesi berpikir lalu akan beralih ke topik-topik berikutnya. Dan dalam khidmatnya bercengkrama dengan pikiran, gak jarang aku berkomentar ringan "Ah pengen deh aku nulis tentang itu!". Oh, ternyata aku memang benar-benar suka (kepingin) menulis.

Tapi perjalanan tujuh bulan bekerja membuatku paham sesuatu:
Bisa jadi apa yang kita cinta tidak melulu terasa menyenangkan. Ya, kira-kira seperti ketika kita mencintai teman, orang tua, atau pasangan. Bukankah di satu titik pasti ada juga saat kita berkorban?

Tapi cinta membuat kita lebih mudah untuk bangkit dan beberes, lebih mudah untuk memaafkan, dan lebih mudah untuk mengajak kesulitan itu bergandengan tangan seraya berkata "yuk jalan lagi".

Selain itu, aku juga jadi lebih menerima. Bahwa mungkin rasa suka ku menulis memang bukan selalu untuk ku suratkan pada khalayak. Jika ditelisik, tulisan-tulisan blog, instagram, notes hp, atau surat cintaku pada mama, lebih banyak bercerita tentang perasaan ku, tentang isi kepala ku, atau tentang interpretasi ku atas hikmah sehari-hari. Aku suka menulis makna. Yap, sesuatu yang mungkin tidak sekeren prosa atau karangan fiksi saintifik. 

Maka mari kita rayakan kesukaanku dalam ruang yang ku bangun satu dekade lalu (Waw sudah tua kamu, blog ku). Here it is, serial self reflection journal ala aku! Jangan protes kalau aku nulis tentang makna belalang atau hikmah dari mencuci piring, karena bisa jadi itu yang ku mau :) 

Cheers!
-Triana