Monday, September 29, 2014

Sejak SMA #1

Sejak SMA, jadi mulai terbiasa tidur jam 12,1,2,3,4, gak tidur. Suka-suka tugas, ulangan, dan keinginan internetan di hari itu. Walaupun layaknya manusia yang butuh istirahat, kadang gakuat dan tepar di tengah jalan. Tapi sejak beberapa waktu pula jadi ngerasa jam 2an itu waktu yang menyenangkan untuk iseng-iseng nulis/baca hal-hal yang (gak penting tapi) menyenangkan. Kadang penting juga sih, tergantung sikon.

Anyway, ngomongin 'sejak SMA' kayaknya ada banyak banget yang bisa diceritakan. Toh udah lama gak mengembalikan fungsi blog ini ke dalam fungsi alamiahnya sebagai tempat nulis segala hal. Berhubung gue sempat ada dalam fase "menulis karena ingin dibaca" yang sebelumnya tidak gue akui (dan ternyata belum ada pembacanya ) jadi kayaknya gue harus belajar sadar diri dan sedikit mengembalikan blog ini pada hak asasinya. HALAH

Dulu waktu kelas 1, gue mungkin juga jadi pengeluh nomor 1. Terus ngebela diri dengan alasan-alasan difensif. "Aku kan dari swasta, ya makanya butuh adaptasi" "Aku kan emang orangnya ginigini, makanya butuh adaptasi lebih lama" "Ah kelasku kan kerjanya seru-seruan, makanya nilainya.." "Aku udah belajar, tapi nilainya tetep ..." Belom soal urusan ekskur dan urusan hati. Ngeluh bisa jadi rutinitas 1 bab per hari.

Terus suka nyalahin diri kenapa milih sekolah yang notabene favorit ini. Kenapa gak milih sekolah lain aja biar hidup lebih selow? Terus kalau cerita-cerita ke orang lain kesannya hidup di sekolah pilihan ini adalah hidup yang sangat menderita :') Duh masa lalu *lah emang sekarang udah bener han?*

Salah satu alasan kenapa gue memilih sekolah di sekolah gue sekarang adalah gue pengen keluar dari zona nyaman. Karena di sekolah sebelumnya sudah nyamaaan sekale. Tapi pas masuk malah nangis-nangis meratapi potongan bata, karung semen, dan pasir yang harus dibangun dari awal. Emang gitu. Gitu emang. Pilihan ya konsekuensi. Maka dengan tertatih, sedih, tapi sok asik, gue mulai menyusun potongan bata merah itu.. perlahan. Meski ada momen di mana rancangan semula itu harus bermanuver ke arah lain, tapi mungkin emang rancangan gue sebenarnya adalah gambaran rapuh, dan manuver yang terpaksa itu adalah demi kekokohan si bangunan sendiri.

Jadilah begitu.

Begitulah jadinya.

Masa kelas satu mungkin adalah masa mengenyangkan hati si sisi pengeluh. Tapi ditempa diekskur yang antipengeluh. Jadi pengeluh gak bisa bersertifikat.

Tapi suatu ketika, gue menemukan titik terang dari kebencian ini. Gue menikmati mengilas balik momen-momen penuh derita, yang sebenernya gak penuh-penuh amat. Gue mulai ngerti kenapa begini dan begitu. Dan remah-remah derita itu perlahan menampakan wujud yang gak terduga sebagai potongan bahagia dan syukur. Ah jadi malu.

Memasuki kelas 11, bukan berarti hal-hal kurang enak ini berakhir. Dari yang punya kelas super seru dan SMA banget, masuk ke kelas yang sangat memprioritaskan belajar adalah hal yang sebenernya bikin shock. Sebenernya ini gak derita sih, biar hiperbolis aja. Terus juga membiasakan diri untuk jadi subyek organisasi, bukan hal yang mudah dalam perjalanan 17 tahun hidup Triana.

Tapi lagi-lagi, semua punya pelajaran yang menyenangkan. Saat-saat nangis di MBR dan ada orang yang nyamperin untuk sekedar nanya "kenapa?", saat-saat lari dari bawah bukit ke puncak bukit di pagi buta sambil mikir "kekuatan dari mana yang bisa bikin gue lari setelah tidak tidur 2 hari?", saat-saat udah gak peduli lagi sama noda tanah jenis apa yang nempel di rok sore itu meskipun malamnya masih keluyuran di tempat les, saat-saat gak peduli lagi guyuran hujan "asal acara jalan, cuaca bebas", konyol kalau dipikirin sekarang.

Tapi mungkin itu jawaban dari segala do'a pas SMP dulu. Dan pelajaran kalau indomie gak bakal bisa dinikmatin secara normal kalau gak dimasak. Semua gak bisa dinikmatin kalau gak diusahain.

Gak ada yang tau, tantangan apa yang  gue akan hadapi di kelas XII. Spesies jenis apa lagi yang bakal masuk ke daftar taksonomi hidup ini. "Semoga aku selalu dikuatkan, diberikan jalan keluar, dan diberikan hikmah dalam setiap masalah", mungkin hanya itu yang sekarang dapat ku pinta.

ASIK
udah jam setengah 3. Udah vakum belajar fisika 2 jam deh kayaknya wkwk.


Balik ah.
Dadah
-Triana




No comments:

Post a Comment