Monday, July 29, 2013

Dongeng - Kursi kayu di pojokan

Kursi kayu di pojokan ruang tamu, sedang tersenyum getir.

Esok lusa mungkin tak kan lagi ia dengar suara lengkingan biola dari kamar sebelah, atau decitan pintu yang sudah lama tidak diminyaki.

35 Tahun sudah saat terakhir kali ia dengar derit suara gergaji, dan dentuman palu. Bagai ibu yang melahirkan, ia harus rela tubuhnya sakit luar biasa. Ditusuk oleh tajamnya paku. Dipotong oleh gergaji yang bergerigi. Diolesi pelitur yang membuat panas tubuh hingga kaki. Namun ketika semua itu selesai maka ia telah terlahir sebagai pribadi yang baru. Sebuah kursi duduk ruang tamu, lengkap dengan sandaran punggung dan tangan dengan harum kayu.

35 Tahun sudah hidupnya terpaku menjadi saksi. Ketika Keluarga Lestari pertama kali menatanya pada sebuah pojok ruang tamu. Dan sejak saat itu, kekosongan tak pernah hadir dalam hidupnya. Suara tangis pertama Wita -- Anak pertama Keluarga Lestari --, pertengkaran, jeritan ketakutan, tawa bahagia, tepukan tangan, nyanyian lagu ulang tahun, gemuruh air hujan, meongan kucing kampung depan rumah, hingga suara tangis haru ketika Wita pamit untuk membina keluarganya sendiri, telah memenuhi pori-pori kulitnya. Bahkan ketika tengah malam sekalipun, kursi tua di pojokan tak pernah kesepian. Suara jangkrik, gesekan angin, dan obrolan kunang-kunang telah buatnya cukup tenang tuk terlelap semalaman.

Pernah suatu waktu. Dirinya harus mendapatkan giliran tuk masuk ke ruang gelap yang dingin. Sungguh hanya ada rasa sedih di sana, di dalamnya. Ada banyak barang tua lainnya yang bersama-sama berbagi kesedihan dan nestapa, namun baginya berbagi semacam itu bukanlah yang ia ingin dan ia cari. Maka bersabarlah ia menunggu waktu ketika sinar mentari kembali menatapnya, dan semua menjadi nyata ketika terdengar kabar bahwa kursi rotan yang baru dibeli tidak dapat bertahan lama. Mungkin karena pojokan ruang tamu telah berjanji untuk setia bersamanya, mungkin juga karena takdir belaka.

Menjadi kursi kayu, mungkin bukan cita-citanya dahulu. Ada banyak perabot lain yang dapat dipakai setiap waktu. Misal almari, meja, pintu, bahkan talenan, bukankah mereka lebih berguna dari pada sebuah kursi yang diletakan di pojok ruang tamu? Hanya dicari ketika sanak saudara datang berkunjung di hari lebaran. Itupun untuk diduduki barang setengah jam saja, lantas ditinggalkan dengan remah-remah kue kering yang manis. Namun memang menjadi kursi dipojokan tak terlalu buruk jua. Ketika hari mendung, kadang salah satu anak Ibu datang tuk hangatkan badan sang kursi. Duduk berlama-lama, berpikir tentang ini-itu dan masa depan. Kadang sambil termenung dan mencatat. Kadang duduk hingga terlelap.

35 tahun berdiri di pojokan ruang tamu, membuatnya terbiasa menyaksikan pintu terbuka dan tertutup. Ketika gagangnya ditekan, maka tanpa dipandu segala emosi dan eskpresi menyeruak masuk. Memenuhi ruang udara rumah kecil bertingkat satu. Ada kalanya wajah yang hadir datang dengan senyuman penuh kasih sayang, wajah sang ayah ketika akhirnya dapat pulang tuk bertemu putranya tersayang. Ada kalanya wajah yang hadir datang dengan peluh dan kelelahan, wajah seorang ibu yang berjuang mengangkat 5 bungkusan plastik untuk bahan makanan sebulan. Ada kalanya wajah yang hadir datang dihiasi senyuman kemenangan, wajah seorang anak yang baru saja mendapati hasil ujiannya semua di atas sembilan. Namun, jika kata "datang" tercipta, "pergi" mungkin harus ikut serta. Dan ada saatnya ketika anak-anak Keluarga Lestari satu persatu berpamitan dengan alasan yang berupa. Mengejar impian, membina keluarga, menggapai pendidikan. Yang kata mereka "ini jalan yang lebih baik, bu".

Memang. Benda mati sepertinya mungkin selamanya tak akan bicara. Namun ribuan kisah telah ia saksikan dengan seksama.

Kini, kursi tua dipojokkan mungkin benar-benar akan menua bersama waktu yang menjelang. Karena suara lengkingan biola dari kamar sebelah mungkin sudah waktunya berhenti selamanya. Dan pintu masuk ruang tamu mungkin tak akan lagi bergeser barang sejengkal. Ketika hidup pun, sudah tak mampu berhembus.



-Triana

Saturday, July 27, 2013

Tapa


Kadang aku masih suka terpaku, bertanya, dan kebingungan
Langkah ini mau di bawa ke mana? 
Benarkah jalan yang ku tempuh?

Tapi diri ini lebih suka tidak menjawab 
Karena segala yang terhampar terasa nikmat

Namun

Apakah segala jelang kan sama? 

Atau segala rupa mimpi yang tertata harus berubah?

Dan aku pun bertanya

Jika memang jalan ini berbeda
Lantaskah tujuan ini tak boleh berlabuh pada muara yang sama?
Jika memang keyakinan ini tak gentar
Lantaskan kata "menyerah" cukup gagah untuk menghadang?

Wahai realita.
Sudikah diri mu?
***

Mungkin ada saatnya ketika semua tanya yang dilemparkan akan kembali tanpa jawaban.
Dan hanya diri yang berusaha, hati yang sabar, dan jiwa yang ikhlas yang menjawab tanya yang terlontar.



-Triana

Thursday, July 25, 2013

kata klise, dan kalimat yang terngiang.

Sejak Ramadhan tahun ini datang, dunia gue kayak berubah. Mungkin gak signifikan dibandingin yang lain-lain. Tapi cukup besar untuk membuat gue setia bertanya kepada diri sendiri "kamu gak malu apa han masih gini-gini aja? kapan mau berubah? emang gimana caranya biar bisa berubah?" hum.

sebenernya,
Waktu detik-detik Ramadhan mau dateng.. gue biasa aja
Waktu orang pada heboh nentuin tanggal pertama puasa.. gue biasa aja

Tapi waktu dia hadir dan dateng di hari pertama.. rasanya hati ini luluh. Rindu kepada Ramadhan, rindu kepada-Nya.

Walaupun kini gue sedang menulis sekaligus memaki diri sendiri. Bagaimanapun, di Ramadhan kali ini gue merasa belom menciptakan progress. Hanya sekedar berusaha memandang dunia dari kaca mata yang berbeda. walaupun kacamata yang gue pake belom diganti sih, masih sama kayak 3 bulan yang lalu.

Tapi Alhamdulillah, Allah sepertinya masih memberikan berkah kepada gue :) dia mengirimkan gue teman-teman yang selalu setia mengingatkan. :')


anyway. Ini bukan main poin yang ingin gue ceritakan. Gue mau cerita soal satu kalimat yang terngiang karena baca suatu buku di bulan ini. yaitu..

"Cinta datang karena biasa"

Mungkin kata cinta terlalu klise untuk terungkap. Tapi nyatanya ia hadir dan merona di mana-mana. Berawal dari sebuah perkenalan singkat yang mungkin tak berkesan, hingga hadir isyaratkan pesan.

Gue sempat tertegun. Gak lebay sih, cuman iya gue kepikiran. Mungkin kata cinta terlalu "aktif" untuk dideskripsikan dengan ilmu pasti. Tapi ada benarnya juga bahwa cinta datang karena biasa. Mungkin benar, mungkin ada yang lebih benar.

Di sini gue berpikir, "berarti perasaan kayak cinta juga bisa dong kita kontrol?" maksudnya adalah: kita bisa dong mencegah diri kita dari kegalau-an kegalau-an yang gak penting akibat cinta ini? Kalau memang bisa dikontrol mengapa kita terus terkekang dengan cerita lama dan siksaan yang sama untuk waktu lama?

Mehehe.

Gue juga manusia bray. Walaupun sudah lama membiarkan "pengalaman jatuh cinta-cinta-an" ini pergi dari hidup. Cuman perasaan kayak gitu juga pernah sempet bikin galau sampe berbulan-bulan. Perasaan yang kita namakan sakit hati, luka, dan derita. Setelah baca buku tersebut, dan terngiang kalimat ini gue mulai ngerasa bahwa pada masa itu jangan-jangan gue-lah yang menyiksa diri sendiri. Dengan terus berpikir tentang nama dan wajah yang sama, yang kadang hidup tanpa kesalahan apa-apa sama diri kita, tapi jadi objek paling bersalah se-dunia karena presepsi yang kita buat sendiri.

ah masa muda..

 *Sok tua abis* *padahal baru belasan tahun* *padahal masih ingusan *karena suka pilek**

"Cinta datang karena biasa"

Yang gue rasa mungkin begitu adanya. Bermula dari bukan apa-apa, hingga tak terganti dengan apa-apa. Analoginya mungkin sama kayak handphone. Pas awal beli mungkin biasa aja, gak kece-kece banget, tapi karena selalu dipake dan menyelamatkan hidup dari ke-ansos-an di dunia ini, maka lama-lama dia menjadi candu dan tidak bisa dilepaskan #halah *itumah gue-nya yang seneng main hp*

"Cinta datang karena biasa"

Kadang kita terjebak sama kata-kata "berusaha melupakan" ketika pada akhirnya malah terus mengingat. Bilang ngelupain, tapi gak nge-stalk twitternya satu hari aja rasanya gelisah.. besoknya tetep aja nge-stalk :p
bilang ngelupain, tapi diumbar ke semua orang... berarti gak lupa dong -_- #gue #banget. Bilang ngelupain tapi terus jadi gak mau ngebuka mata sama dunia luar, seakan hal paling penting se-dunia adalah untuk "lupa" tanpa kita inget bahwa ada banyak hal lain di dunia ini yang jauh lebih seru dan bisa bantu kita untuk ngelupain. Bilang ngelupain, tapi ngelakuin sesuatu dengan tujuan "biar gue lupa sama si dia.." bukannya kalau niatnya kayak gitu berarti kita inget? :p HAHA I DID THESE THINGS TOO! Dan mungkin masih akan melakukannya ;)

"Cinta datang karena biasa"

Lalu berarti bisa dibiasakan untuk hal lainnya kan?

Ada banyak orang, akun, dan situs yang mengatakan bahwa definisi cinta tidak sebatas kepada hubungan laki-laki dan wanita. Jika memang benar adanya -- dan saya meyakini benar adanya -- mengapa tak biasakan cinta untuk hal-hal yang tak menyakiti dan membawa kita ke jalan yang lebih baik? *nanya sama diri sendiri*

Mari kita menata hati untuk hari lebih baik. Kalau memang ada rasa lain yang lebih pantas, lalu mengapa mengiba dan meronta.

 Mungkin tulisan-tulisan ini #kode. Mungkin juga tidak. Mungkin tulisan-tulisan ini tak sepenuhnya saya pahami sendiri.

Bagaimanapun ini buah dari pikiran saya yang kadang menantang dan menentang hati. Mari saling mengingatkan!




Hanatkl yang sedang tidak paham.

Tuesday, July 16, 2013

Melangkah lagi

Hei

AHAHA

gue udah kelas 11 loh :) Alhamdulillah IPA :')

Gue gak tau ini satu langkah mendekati atau menjauhi cita-cita gue yang telah berumur 10 semester untuk menjadi jurnalis.. tapi gue punya keyakinan bahwa jalan yang gue pilih memang tepat.. entah mendekat atau menjauh.. kalau memang didekatkan semoga cita-cita itu bisa tercapai, kalau memang dijauhkan semoga ada jalan yang lebih baik :)

Dan kata-kata paling kece yang gue pelajari di 28 semoga saja akan selalu terngiang

"Hamasah!" :)

dan semoga selalu menguatkan hati

-Hanatkl
*Hamasah arti gak langsungnya adalah "semangat" hihi bersyukur sekolah di 28 :' banyak manusia-manusia yang selalu ada untuk nyemangatin dan bilang satu kata ini :) ah ({})

Thursday, July 4, 2013

Perjalanan

Aku bermimpi..

Suatu hari ingin ku jejakan kaki ku
Melangkah satu demi satu
Menyusuri tanah ibu pertiwi

Menghirup aroma lautan yang terhampar
Memandang indahnya panorama yang terpapar
Menyelami budaya yang tersebar

:)
***

Ada banyak alasan untuk menjelajahi kekayaan Indonesia. Akhir-akhir ini, gue meluangkan lebih banyak waktu untuk lebih banyak tahu dan cuci mata dengan pemandangan alam yang kece-kece:') . Dari mulai sekedar mencari informasi via web, ngobrol bareng temen-temen yang emang hobi jalan-jalan, sampe melakukan perjalanan itu sendiri.

Entah kenapa, gue percaya bahwa sebuah perjalanan akan selalu membawakan suatu pelajaran. Entah itu pelajaran tentang budaya, alam, atau bahkan tentang bagaimana kita harus lebih menghargai hidup. Take a closer look!

HEHE maaf random.

Hanatkl