Thursday, March 7, 2013

Dongeng: Punyi


Halo namaku Punyi. Aku seorang penyu laut. Aku lahir di daratan nusantara. Aku masih ingat, waktu itu aku menetas bersama 30 saudara ku lainnya di sebuah sarang penyu di tepi pantai yang begitu indah. Pantai itu berpasir putih dan halus, dengan lautan biru, dan nyanyian ombak yang mengajak kami untuk menyelam ke dalamnya.

Kini, aku sedang dalam perjalanan menuju pantai tempat aku dilahirkan, untuk membuat sarang dan bertelur di sana. Memang, sebagai penyu kami tidak terbiasa untuk setia kepada tempat kelahiran kami, tapi kecantikan pantai itu masih ada di dalam benakku dan seolah mengajak ku untuk kembali ke sana.

Sebenarnya aku sudah berkelana jauh mengelilingi perairan dunia. Namun kecantikan ribuan koral laut, serta ikan dan biota laut lainnya yang bewarna-warni, membuat ku tak segan untuk kembali ke laut nusantara. Terlebih aku dikejutkan dengan hadirnya makhluk-makhluk baru yang mempesona. Tubuhnya bewarna-warni, dan begitu tipis sehingga dapat menggembung ketika terisi air laut. Menurutku itu sejenis ubur-ubur, hanya saja warnanya lebih beragam. Ada yang biru, merah, putih, bahkan hitam. Terkadang bahkan ada yang memiliki gambar di bagian tubuhnya. Aku juga tidak mengerti bagaimana caranya mereka memiliki gambar, namun mungkinkah ini teknik yang juga digunakan manusia daratan.. hem kalau tidak salah dengar namanya “tato”? Ah sungguh biota laut yang begitu kreatif!

Hem kebetulan sekali, rasanya perutku lapar. Ah, aku ingin menyantap makhluk bewarna bening itu! Itu pasti seekor ubur-ubur! 1..2..3.. HAP!

Uhuk..

Uhukk..
Aduh.. kenapa aku tersedak..

Uhuk..

Uhukk..
Tolong.. Uhuk.. To.. Uhuk..

Hua.. untung saja dapat tertelan. Ada apa ya? Kenapa rasa ubur-ubur itu berbeda? Ah sudahlah lebih baik aku melanjutkan perjalanan saja. Eh.. tapi kenapa ya tiba-tiba perutku rasanya sakit.. Aduh..


***
Seminggu kemudian
“Rani.. rani!” 
“Ya Jo”
“Aku menemukan bangkai seekor penyu Ni! Hanyut bersama gelungan ombak!”
“Bangkai penyu Jo?”
“Iya Ran, aku menemukan ini tergigit dimulutnya”
"Jo... inikan..?"
Lalu dalam hening senja, keduanya terdiam. Angin menyapu pantai. Membawa terbang pasir dan sampah yang memenuhi tubuhnya. Aneka warna yang memenuhi pantai kini sebagian hanyut dalam ombak. Lalu siklus berulang.

No comments:

Post a Comment