Thursday, December 21, 2017

Sebuah Ulasan: Hijrah Bang Tato

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Senang bisa menulis lagi di blog ini. Sejak akan mengakhiri semester 5, jadi kepikiran bahwa ada cita-cita yang masih dinanti ketika pascakampus. Cita-cita tersebut masih untuk menjadi seorang jurnalis. Tapi dengan kondisi latar belakang tanpa dunia jurnalistik, gimana mau tercapai ya? Syukurlah, hati ini biasa aja. Kata dia dibawa santai aja, banyakin nulis. Mungkin blog ini mediumnya.

Lah ngapa ngobrolin ini kita.

Singkat cerita, semester 5 sudah berakhir. Lalu sedang sibuk nyiapin UI IBF. Salah satu hal yang harus dikerjain adalah memposting review tentang buku yang akan jadi materi bedah buku. Karena udah libur, yo aku baca aja bukunya. Judulnya Hijrah Bang Tato karya Fahd Pahdepie.

 Kalau yang udah baca blog ku dari zaman baheula pasti tau (tau gak neh?) bahwa aku suka baca buku-buku karangan Fahd Djibran. Lalu gap beberapa tahun ku ndak lagi memburu buku beliau karena selera dan genre ku berubah. Ternyata kini Abang Fahd sudah berganti nama pena menjadi Fahd Pahdepie, dan udah banyak buku baru yang terbit selama rentang waktu ku tak memburunya. Tapi mungkin Allah ingin aku mengambil hikmah dari buku terbaru beliau, sehingga tugas ini mempertemukan ku kembali dengan karya beliau, yang dulu aku bacanya sambil digaris bawahin karena kalimatnya keren euy!

mulai aja yuk

Sebuah Ulasan: Hijrah Bang Tato

Apa yang kamu bayangkan jika melihat sesosok pria, dengan tato memenuhi tubuhnya, berjalan ke arah masjid untuk mengambil wudhu? Bang Tato kala itu harus menerima kenyataan bahwa masyarakat setempat tak sudi memberikan ruang baginya untuk beribadah di dalam masjid. Tidak lain karena masa lalu yang terpatri seumur hidup di sekujur tubuhnya: tato.

Fahd Pahdepie menceritakan kehidupan Lalan yang akrab dipanggil Bang Tato dalam menjalani kehidupan hijrahnya. Tulisan yang diangkat dari kehidupan nyata ini, dengan detil menceritakan pengalaman fisik, emosi, dan spiritual yang dijalani oleh Bang Tato. Mulai dari kehidupan pra-hijrah Bang Tato yang ia sebut sebagai "Dunia Hitam" sampai bagaimana Bang Tato membuat sebuah perubahan, bukan hanya untuk diri dan keluarganya, melainkan untuk komunitas di sekitaranya dengan membina grup band aliran metal dengan visi dakwah.

Buku ini tidak hanya menawarkan narasi mengenai proses hijrah Bang Tato, tetapi juga menyuguhkan hikmah untuk dikemas dan dibawa pulang. Cerita-cerita seorang mantan vokalis band metal yang membina rumah tangga dengan anak ustadz, seorang mantan preman yang khawatir menunggu kelahiran anak pertama, seorang mantan pecandu narkoba yang menyaksikan pertolongan Allah lewat bantuan rekannya, dan cerita-cerita lainnya, mengingatkan kita bahwa pintu ampunan Allah selalu terbuka hingga maut datang.

Lewat buku ini, Fahd tidak hanya merangkum kehidupan Bang Tato, tetapi pula menceritakan kisahnya dalam menemani Bang Tato berhijrah. Perjalanan Bang Tato berhijrah tidak melulu mulus. Bahkan ia harus jatuh miskin untuk tetap menjalani komitmennya berhijrah. Di tengah semangat yang meluap, dan  latar belakang masa lalunya yang keras, arah pemikiran Bang Tato cenderung hitam dan putih. Pemikiran tersebut berkembang menjadi pandangan bahwa ia yang telah berhijrah adalah bagian dari "kami" dan yang belum adalah "mereka" dan mereka adalah orang yang salah. Fahd pun akhirnya mencoba mengubah pola pikir Bang Tato lewat ruang-ruang kreasi yang ia fasilitasi untuk Bang Tato. Hal ini ia ceritakan dan ia yakini dapat menjadi langkah jitu dalam membendung tindakan yang cenderung mengarah pada kekerasan dan teror.

 Fahd merangkum cerita Bang Tato dengan pilihan katanya yang sederhana dan indah, membuat buku ini mudah dipahami dan dapat dimakanai. Fahd juga menggambarkan proses Hijrah Bang Tato lewat dialog-dialog antar tokoh. Hal ini membuat pembaca seakan hadir sebagai orang ketiga, dan ikut duduk menyimak cerita mereka di rumah kontrakan, warung kopi, meja kantor, bahkan pekarangan di belakang markas preman. Buku ini juga dilengkapi ilustrasi yang menemani kita menghadirkan imaji Bang Tato. Mengaduk-aduk ruang emosi kita dari senang, sedih, terharu, tertawa, kecewa, hingga menjadi terinspirasi.

Masih penasaran sama bukunya? (Ya dibeli da dibaca atuh, pinjem punya aku juga boleh) Hadir di UI Islamic Bookfair yuk tanggal 27 Desember 2017! Fahd Pahdepie bakal hadir di Balairung UI! wuidiww. Ditunggu!

Terimakasih sudah menyimak dan baca iklan buzzer di bagian akhir wkwk.

Have a great day!
-Hana