Saturday, March 7, 2015

kisah kelas tiga

Assalamu'alaikum.

Gue sedang akan memasuki pekan Ujian Sekolah. Sebuah ujian yang akan menentukan kelulusan setelah 2 tahun lebih banyak bulan bersekolah di SMA.

Hihi

Geli juga sih ngeliat keadaan diri sendiri dan lingkungan akhir-akhir ini. Ketika kini sudah mulai sadar bahwa belajar itu penting dan tidak mengenal tempat, waktu, dan terlebih ego. Ketika jam gabut pun orang-orang pada nunduk ngerjain soal, ketika diskusi-diskusi di tempat bimbel semakin ramai, ketika percakapan dibumbui dengan "Eh materi ini gimana sih?" atau "eh bro, ajarin nomor ini dong". Dari ucapan-ucapan optimis seperti "Semangat! Demi FK!" sampai ungkapan kelelahan "Aduh gak kuat lagi gue".

Jujur, gue sebenernya kurang setuju dengan sikap gue sendiri yang inginnya berkutat dengan akademis melulu. Ketika (menurut gue) seorang anak berumur 18 harusnya juga mengembangkan dirinya di bidang-bidang lain selain akademis. Ya sebagai anak berumur segini harusnya (gue) bisa lebih melek lagi sama hal-hal lain, apakek, olahraga kek, politik, belajar masak, main trivia quiz, posting blog rutin, dan lain-lain. Tapi ya gimana, dalam keadaan kayak gini kayaknya keinginan-keinginan yang penuh idealisme harus minggir sebentar, membuka jalan untuk langkah yang harus lebih lebar.

Tapi seiring waktu, walaupun ini belum masuk masa-masa intensif, gue ngerasa sistem kayak gini gak salah-salah amat. Anggapan bahwa fokus akademis hanya akan membuat gue jadi nerd (walaupun aku suka sih sisi baik dari nerd) ternyata gak sepenuhnya kayak gitu. Pola belajar anak kelas 3 SMA sepertinya punya sisi baik juga dalam pendewasaan, gue jadi seneng ngedenger temen gue cerita tentang jadwal belajarnya which menggambarkan kemampuan manajemen waktu yang semakin keren, gue juga seneng ngedenger semangat temen-temen gue yang penuh dengan cita-cita mulia yang sekaligus menggambarkan bahwa self-motivation nya udah berkembang banget, gue juga jadi seneng bahwa Indonesia punya harapan dengan punya anak-anak kelas 3 yang berdaya juang hebat (kali aja di masa depan kita jadi tulang punggung bangsa yang gak bosen kerja keras).

Dan gue pun sadar kalau ternyata sekolah di sekolahan yang persaingannya ketat emang kadang bikin sakit hati dan bikin ngerasa mulai sakit jiwa (walaupun ini berlebihan), tapi sekaligus membuka mata gue akan kedewasaan sahabat-sahabat gue yang calon orang hebat. Yang secara sadar membuat gue mengerti bahwa gue harus juga bisa mengikuti jejak mereka. 

Saling mendo'akan ya, untuk bisa kasih yang terbaik untuk diri kita pribadi sebagai umat beragama, untuk orang tua, keluarga, dan almamater. 

Selamat berjuang calon-calon orang hebat!
Selamat berjuang siswa-siswi kelas XII angkatan 2015!

Triana