Thursday, April 30, 2020

Aliran Rasa IIP

Assalamu'alaikum!
Alhamdulillahirrabbil 'alamin, selama satu bulan ini dapat berbagai ilmu dan motivasi dari program matrikulasi IIP. Meskipun sedang dalam fase #dirumahaja tapi anggota komunitas IIP tetep semangaat bertumbuh bersama para widyaiswara.

Jujur diriku pribadi masih banyak kurangnya. Masih suka malas dan menunda :' kadang pula masih menggampangkan. Tapi program dan teman2 di hima IIP sering menyentil ku untuk semangatt lagi, karena perjalan menjadi ibu profesional akan jadi jalan berproses yang panjang dan berlikuu.

Terimaa kasih untuk sahabat2 dan mba2 widyaiswara atas bimbingannyaa, InsyaAllah ku siap menyelami samudra!

#Navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah

Wednesday, April 8, 2020

Kalau kata Novia: Hikmah Hunter

Assalamu'alaikum,

Salah satu potongan ingatan masa kecilku adalah tiap berangkat sekolah suka merhatiin jalanan dan mencari "hal membahagiakan apa yang ada di sekitarku". Yang masih inget banget adalah aku secara instan bahagia ketika ngelihat ada seorang ibu-ibu pakai baju kuning (atau oren) di jalan. Hari-hari ini kalau inget the way I see the world, aku jadi paham. Aku dibiasakan Allah, lewat media-media sekitarku, untuk look beyond everything. Meskipun kadang pikiranku jadi berisik dengan insight dan pertanyaan, lalu dilanjutkan dengan diriku ngomel-ngomel dalem hati "woy berisik amaaat sih".

Aku pernah cerita ke beberapa orang tentang pikiranku yang berisik. Aku berani cerita karena teman ku pernah bilang, casually dia lebih banyak ngomong sama dirinya sendiri dibandingkan sama orang lain. Saat itu aku tercengang "WEH TERNYATA GAK CUMAN GUAA :'D" lalu aku dengan santuy cerita ke beberapa orang. Responnya beragam, ada yang cerita bahwa dia juga, ada yang nyengir2 doang, adapula yang berakhir menghujat-hujat lucu. Sebenernya dari beragam cerita tentang diri sendiri, cerita tentang pikiranku yang berisik ini adalah cerita yang aku excited bgt bagikan ke orang, tapi di sisi lain I know it's weird. Sehingga ya.. tetep gak sering ku ceritakan wkwk.

WKWK kok jadi ke sini.

Singkatnya, kalau aku ngeliat, nonton, denger, atau ngelakuin sesuatu, pikiranku sering berkelana. Seringnya dia mempertanyakan banyak hal. Misal lagi masak, ku mikir "ini kenapa sih kalau panasnya beda dia nanti teksturnya beda?". Atau kayak kemarin lagi nonton drakor, abangnya bilang "sukses tu di dapatkan apabila kita mendedikasikan 1000 jam untuk berlatih", tp abis itu otak gua malah mikirin "Alhamdulillah ya Allah nyuruh kita sholat 5 kali sehari, biar gak terobsesi sama hal duniawi" WKWK lah mana nyambungnya? (kalau di otak ku nyambung sik). Atau misal lagi nonton film tp yang dipikirin "eh gila itu niat amat propertinya, dibuat dari apa ya? itu kameranya dr angle mana ya bisa dapet gambar kek gitu? itu si aktor latihannya gmn ya bisa sejago itu?" wkwk.

Sejak masuk Mipa otak ini juga makin menyebalkan (in the good way, karena aku shayang) karena pertanyaan2 intrakepalaku sering dijawab dengan penjelasan saintifik, dah bahkan sering didebat dengan "Ya ga ada dasarnya".

Kayak tadi aku bilang, kalau lagi banyak sekali pertanyaan dan keributan di kepala, another suara di kepalaku suka bilang "wey berisik amat!" sambil nada marah. Kadang itu bisa terjadi puluhan menit, constantly memaki keberisikan. Meskipun keberisikan itu kadang bikin aku gabisa santai atau bahkan bikin gabisa tidur, tapi in the end of the day, I always grateful to have this state of mind. Kadang aku gak apa-apa gak ketemu orang (padahal I mostly extrovert hehe), krn pikiran ini saja ramai (bahkan suka berdebat). Aku pun sejak kecil tipe yang suka mendem perasaan yang terlalu menggebu (marah, sedih, senang) karena gak mau bikin orang harus terkena dampaknya, tapi I have suara-suara di otak yang punya beberapa sisi. Ada yang sibuk menyemangati ada juga yang sibuk memaki. Kadang aku suka jumpy dalam berbicara, terlebih kalau lagi di kelas, lagi ngomongin A tapi yang ku tanya B. Karena kepalaku sedang berdiskusi, dan mulutku cuman menyampaikan pertanyaan terakhir dari dikusinya.

Ini baru prolog, isinya di sini:

Cara aku berpikir ini, pernah ngebuat aku ngerasa "gue aneh ya?". Tapi I live forever with my mind, I can't resist trait yang ada. Lagian aku suka sifat ini. Sifat ini ngingetin aku sama perintah Allah untuk membaca (Iqro'), tepatnya membaca tanda-tanda kekuasaan Allah. Ketika aku mulai belajar islam lebih dalam, aku baru ngeuh bahwa sifat pikiranku yang seperti ini sebenernya bisa dipakai untuk sesuatu yang lebih keren dibandingkan pertanyaan saintifik atau kebahagiaan kecil disekelilingku! karena sebenernya this kind of observation dan questioning ngebuat kita bisa melihat hikmah, dan terus memburunya. Aku memahami hikmah sebagai makna, insight, pelajaran yang bisa diambil dari suatu hal atau peristiwa.

Indahnya islam adalah, kita disuruh nyari makna ini dimanapun, kapanpun. Mau ketika kita sukses, atau ketika kita gagal. Mau dalam keadaan lapang atau dalam keadaan sempit.

Yang aku yakini, mencari hikmah membuat kita gak messed up with life. Karena mindset kita adalah; selalu ada pelajaran di setiap episode kehidupan. Dan kita memandang diri sebagai life long learner, yang memang tugasnya memperbarui ilmu dan pengalaman.

Yakinlah hikmah itu adalah barang milik kita yang hilang, ia sedang berserakan di muka bumi. Karena ia milik kita, ya ambil aja yang banyak :)

menulis ini bikin aku bersyukur karena aku dikelilingi orang-orang baik yang teruss mengajak ku jadi hikmah hunter, aku dikeliling pikiran-pikiran yang menghiburku dan membuat aku sebal dengan bahagya, aku dikelilingi benda, kisah, perasaan yang bisa menumbuhkan positivitas. Tapi yang palinggggg aku syukuri adalah aku hidup dengan dikasih fitrah sama Allah (and we all have it!) untuk selalu mengingat-Nya, sehingga bertambah ketenangan di hati kita :') uwu bet gasihhh

Stay positive you all,
Allah selalu sayang Hamba-Nya
-Triana

Monday, April 6, 2020

Cinta yang Banyak

Assalamu'alaikum :)

lama kali gak ngeblog :)
Alhamdulillah kabarku baik! postingan ini di tulis di masa-masa yang sangat bersejarah, ini memasukin pekan ke-4 pemberlakukan social distancing. Quick update: kebetulan kesibukan ku kemarin hanya ngajar dan intern di ruang koleksi, jadi ketika orang pada work from home, I'm not really wkwk :') kerjaan ruang koleksi tak bisa dikerjain from home, dan ngajarku pada libuuur (kecuali satu siswa).

Di masa ini aku banyak mikir, main, mikir lagi, baca buku, mikir lagi, nonton drakor pun habis itu ku mikir wkwk. Salah satu bahan pikiran ku adalah tentang cinta; cinta yang banyak.

Di mulai dari ikut kelas parenting ibu-ibu Hannah, training pertama di kelas itu adalah tentang mendalami misi hidup diri. Poin pentingnya adalah, tiap manusia Allah cipta untuk ngelakuin suatu misi di bumi. Dan ia tidak bisa ditunaikan oleh orang lain. Misi ini spesifik, dan diri kita pun spesifik dengan segala potensinya. Saat itu aku confuse tentang apa misi ku di bumi.

Mulai dari kelas itu, aku coba pelan-pelan mencari jejak. Aku runut lagi latar belakang keluarga ku, aku ingat-ingat apa cita-citaku sejak dulu, aku lihat kembali apa potensiku, aku tanya kembali diriku "apa iya kalau misi ku yang ini, ini benar-benar misi, dan bukan ambisi?". Saat salah satu pencarianku berlangsung aku bertemu diary ku. Aku baca satu per satu curahat hati anak kelas 4 SD yang ngomongin cinta melulu. Saat itu cinta yang ku maksud adalah cinta yang itu. Cinta yang berujung suka-sukaan.

Jujur geli banget wkwk. Ingin rasanya bilang ke Hana yang dulu, hidup tuh jauh lebih seru daripada itu. Tapi setelah sekian waktu aku mulai paham, Hana yang dulu sedang membangun sesuatu di dalam dirinya, lebih tepatnya, dibangun.

Belasan tahun lalu, aku gak percaya diri sama penampilanku. Beberapa kali aku merasa diperlakukan berbeda karena fisikku. Mungkin juga karena saat itu kami masih kecil, filter ucapan yang kami miliki mungkin belum sempurna, sehingga cenderung lebih muda menyakiti (dan lebih mudah memaafkan :)). Aku masih ingat saat-saat aku menangis di rumah karena merasa dibedakan. Tapi MasyaAllah, kalau diingat sekarang, sepertinya saat itu lah justru banyak hikmah mengetuk ku, menggenggam tanganku, mengatakan padaku bahwa aku akan baik-baik saja.

Cinta yang bertepuk sebelah tangan si anak SD bercampur baur dengan getirnya perasaan tidak berdaya. Menghasilkan banyak tangis yang ku simpan sendirian. Dulu aku jauh lebih buruk mengelola rasa, kadang sedihku masih suka berujung jadi omelan di dalam diary atau ku ceritakan ke penduduk bumi. Namun ada hari-hari di mana Allah gerakan hatiku untuk berdialog padanya. Saat itu aku yang belum benar-benar mengenal Allah, merasakan luar biasa indahnya kepasrahan.

Tapi masa SDku tidak melulu buruk :)
Ketidaksukaan ku terhadap penampilan yang ku miliki membuat aku memutuskan untuk memaksimalkan hal lain. Aku jadi orang baru saat keputusan itu ku ambil. Aku belajar untuk jadi orang yang lebih cheerful (dan receh (sangat)), aku mulai berambisi pada prestasi, aku ingin bisa ini-itu, dan lain sebagainya. Meskipun hati ini masih belum lapang dalam menerima akibatnya.Ya, saat ambisi-ambisi tersebut overdose, tentu akann sangat sulit menerima kegagalan. Dan namanya hidup ya pasti ada gagal dong haha :')

Pemikiran untuk go beyond my weakness, inilah salah satu kuntji retas-ku. Saat masuk ke SMP dan SMA, aku sudah jauuuh lebih santuy terhadap insecurity ku terhadap penampilan. Aku lebih fokus kepada hal-hal lain yang ku suka. Dan salah satu yang penting adalah, aku dulu merasa dengan penampilan ku aku gabisa menyalurkan perasaan cinta yang ada di hati. Meskipun terdengar desprate, namun hal itu membuat aku menjadi lebih luas memandang cinta. Kalau memang ia tidak bisa disalurkan sebagai rasa suka-yang-ingin-memiliki, maka mungkin ia bisa kita sebar ke penjuru bumi.

Sungguh, cerita bertele-tele barusan cuman buat bilang, bahwa meskipun hidup seakaan dipenuhi belukar, Allah telah menempatkan setiap episode pada tempatnya, pada waktunya. Perasaan takutmu, lukamu, kegagalanmu, dan apapun yang kau rasa hari ini, sudah Allah takar. Jika aku bisa hadir menatap diriku yang dulu, membelai kepalanya saat ia menangis, ingin aku bilang padanya bahwa aku berterima kasih karena ia telah kuat.

Akhir kata,

Ya
Cinta itu indah
Ia adalah rasa yang dapat membuat kita mampu bertahan berjuang menghadapi masalah, karena kita ingin orang lain tidak menderita
Ia adalah rasa yang membuat kita mau menyisihkan hasil usaha kita, untuk dibagikan kepada ia yang kita sayang
Ia adalah kekuatan yang menyatukan manusia untuk berhimpun dan melangkah bersama

Bayangkan jika tiap-tiap kita punya cinta yang banyak.
Kuantitasnya yang luar biasa membuatnya tumpah ruah di bumi.
Menyelimuti tiap sudutnya dengan kehangatan.
Membuat kita merasa bahagia, meski di hari yang sangat menderita.

Dan adakah yang lebih indah,
daripada cinta yang dititipkan
kepada Ia yang Maha Memiliki Cinta?

-Triana