Thursday, June 9, 2016

Satu lalu menyatu

Karena sejatinya aku berada dalam rahim dalam kesendirian
Pun akan kembali dalam kesendirian
Maka aku mohon ya Rabb, izinkan aku berjalan dalam kerberjamaahan -- dalam kebersamaan
Meski di dalamnya, aku pun berdiri sendiri

-Triana, 8 Juni 2016, sebuah kontemplasi pagi hari ketika ingin buru-buru melewati becekan di tepi trotoar.

***
Assalamu'alaikum,

Sering kali, aku geli sendiri ketika mereka bertanya "Eh Hana, sendirian aja?"  
Karena bagi ku, kamu yang bertanya telah menggenapi ketunggalan ku.

Sering kali, aku bingung sendiri ketika mereka bertanya "Kalau lo sendiri deket sama siapa Han?"
Karena bagi ku, menjadi soliter adalah sebentuk solidaritas.

Sering kali, aku mendapati mereka bertanya "sama siapa?" "ada siapa aja?" "dia ikut?"
Ketika yang terbayang oleh ku sebaris nasihat ibu "Tak usah menunggu siapa-siapa," 

Bukan berarti aku tak suka bersama. 
Bagiku, kebersamaan sering kali menyenangkan.
Bagiku, kebersamaan mengurangi probabilitas kegagalan individual
Bagiku, kebersamaan sering kali menguatkan, melembutkan, menambah yang kurang, melengkapi, mewarnai, menjadi suatu isyarat yang mendekap dan membuatku penuh dengan perasaan "kamu akan baik-baik saja"

Tapi mengharapkan bahwa kebersamaan itu tak lekang oleh waktu adalah angan para pemimpi
Dan ego itu seringkali hinggap di dalam langit-langit perasaanku.
Bertanya, "Segitu ajakah kebersamaan ini?"

Sementara hubungan antarmanusia berevolusi.
Dan hakikatnya perpisahan adalah adalah sesuatu yang pasti.
Lalu pertanyaanya adalah, "siapkah aku berhadapan dengan kenyataan?"

Maka pesanku,
Pada kalbu dan dirimu:
Melangkahlah sebagai kesatuan dirimu
Yang tak segan untuk membaur
Berpadu dan menyatu.



-Triana

No comments:

Post a Comment