Saturday, June 11, 2016

Budaya memulai


Assalamu'alaikum,

Kemarin, hasil googling-googling syahdu di tengah malam berujung pada ngepoin satu blog yang menurut gue menarik. Salah satu yang ditulis di sana kurang lebih adalah "kenapa teknologi dikuasai oleh negara Barat, ketika negara Timur terkenal dengan kemampuannya yang mumpuni di dalam kompetisi sains."

Semakin menarik karena tertulis di sana bahwa ini soal mindset. Bahwa untuk bisa menguasai teknologi yang lo harus pertama bangun adalah mindset seorang inovator.

Ini agak menggelitik gue sih.
Salah satunya begini: Memasuki semester dua, gue semakin berpikir gimana caranya untuk bisa berprestasi di dunia kampus. Mulai seneng searching-searching lomba dan conference. Beurjung pada nge-share poster ke grup, terus udah gak lanjut diikutin wks. Salah satu kendala bagi gue adalah: bingung euy mau nulis apa atau bikin paper dengan tema apa. Kalau ngeliat karya atau penelitian orang suka kagum sendiri, terus ngebatin "kok ntu orang kepikiran ya?"

Disini gue mulai paham sih mungkin inilah tantangan yang harus dihadapi insan-insan yang ngakunya pengen jadi saintis.

Perihal mindset seorang inovator ini, ada beberapa hal yang sebenernya bikin gue resah. Pertama adalah perihal memulai. Entah kenapa gue agak gak nyaman dengan kebiasaan mengedit pekerjaan orang dengan maksud untuk menggunakannya sebagai karya kita.

Contohnya: ada makalah kakak tingkat > edit-edit isinya jadi lebih kekinian > kumpulin ke dosen dengan klaim itu hasil pekerjaan kita.

atau yang gak se-ekstrim itu

ada rundown kegiatan tahun lalu > edit-edit nyesuain waktu tahun ini > rundown dipakai untuk kegiatan tahun ini.

Kenapa ini terasa gak nyaman? Mungkin karena ketika kebiasaan memulai itu hilang dan tergantikan dengan budaya mengedit, maka menurut gue lo bakal mulai kehilangan alasan-alasan mendasar untuk mengadakan sesuatu. Emang sih, kadang mengedit itu gak salah. Toh sah-sah saja jika memang kondisi dahulu dan sekarang gak berubah. Tapi konteksnya sebagai seorang inovator maka yang harus didahulukan adalah menemukan masalah dan mencari proses paling efektif dan kreatif untuk menyelesaikannya. Maka jika cuman berkaca dari masa lalu, pikiran-pikiran kita bakal berpatokan sama hari yang kemarin-kemarin aja, meanwhile bumi berotasi dan detik ini sudah jadi masa lalu.

Ada lagi nih yang ngehits yaitu budaya copy-paste. Ya gue taulah masyarakat internet sudah tercerdaskan dengan kenapa copy-paste itu gabaik :)

Gue bersyukur sebenarnya sejak belia diajarkan orang tua dan bahkan kakak gue untuk menulis. Mereka gak nyuruh gue untuk bikin novel atau nge-blog kayak gini. Mereka cuman membimbing gue melakukan hal sederhana yaitu mengerjakan tugas ala gue sendiri. Yang paling gue inget adalah waktu itu seorang guru dengan random-nya meminta kami para siswa SD untuk menuliskan dampak dari televisi. Sebagai siswa SD yang ga biasa disuruh bikin begituan, gue nanya ke kakak gimana caranya bikin PR tersebut. Kakak gue gak serta merta memberikan arahan gitu, yang dia lakukan hanyalah bertanya yang intinya"Kamu mau buat PR dengan gaya anak SMP, SMA, atau Mahasiswa?"

Sebagai anak yang suka tantangan (((HALAH))) gue penasaran untuk ngerjain PR itu dengan gaya apapun pokoknya yang keren (kayaknya kala itu gue pengen ala ala mahasiswa). Setelah gue jawab gue maunya apa, pun beliau gak ngajarin gue gimana caranya. Beliau cuman memercayakan gue untuk ngelakuin PR itu sesuatu tingkat yang gue inginkan. LHA BINGUNG KAN LU HAN. yawdah akhirnya gue pun menulis. dan pada akhirnya dia mengoreksi tulisan gue, ngasih komentar, dan udah. Tapi disitu gue dapet banyak pelajaran sih bahwa suatu saat di dunia ini akan tiba masa gue harus senang menulis. Ini bisa jadi semacam parenting tips sih gais (efek kebanyakan main sama insan-insan yang pengen cepet nikah)

 Sebenernya menghindari copy-paste adalah cara mencerdaskan yang menyenangkan.
Menghindari copy-paste berarti berusaha untuk memahami sumber-sumber dan menuangkannya kembali di dalam tugas, atau media lisan dan tulisan lain. Menghindari copy-paste memberikan peluang buat lo untuk lebih banyak berinovasi. Karena menurut gue lo pun akan lebih percaya diri bahwa hasil dari pekerjaan lo adalah karya lo yang pastinya beda dari yang lain.

Jadi itulah bagi gue budaya memulai. Sebuah proses di mana lo memang benar-benar paham alasan diri lo melakukan, menciptakan, mengadakan sesuatu. even, itu hal-hal yang keliatannya sepele kayak laporan pertanggungjawaban atau tugas makalah yang bahkan lo yakin gak bakal diperiksa. Percayalah bahwa proses tidak hanya menghasilkan produk tapi juga menempa diri lo :)

Nah, ternyata sudah panjang wkwk. Masih banyak mungkin yang pengen gue tulis. Tapi kita cukupkan di sini aja kali ya, mungkin pan kapan bakal berlanjut :)

Gue pun masih banyak salah, gue pun masih sering mlz bgtz untuk memulai, maka kalau lo temukan gue sedang dalam titik demikian mohon diingatkan.

Flamboyan, 11 Juni 2016
Triana

No comments:

Post a Comment