Monday, April 6, 2020

Cinta yang Banyak

Assalamu'alaikum :)

lama kali gak ngeblog :)
Alhamdulillah kabarku baik! postingan ini di tulis di masa-masa yang sangat bersejarah, ini memasukin pekan ke-4 pemberlakukan social distancing. Quick update: kebetulan kesibukan ku kemarin hanya ngajar dan intern di ruang koleksi, jadi ketika orang pada work from home, I'm not really wkwk :') kerjaan ruang koleksi tak bisa dikerjain from home, dan ngajarku pada libuuur (kecuali satu siswa).

Di masa ini aku banyak mikir, main, mikir lagi, baca buku, mikir lagi, nonton drakor pun habis itu ku mikir wkwk. Salah satu bahan pikiran ku adalah tentang cinta; cinta yang banyak.

Di mulai dari ikut kelas parenting ibu-ibu Hannah, training pertama di kelas itu adalah tentang mendalami misi hidup diri. Poin pentingnya adalah, tiap manusia Allah cipta untuk ngelakuin suatu misi di bumi. Dan ia tidak bisa ditunaikan oleh orang lain. Misi ini spesifik, dan diri kita pun spesifik dengan segala potensinya. Saat itu aku confuse tentang apa misi ku di bumi.

Mulai dari kelas itu, aku coba pelan-pelan mencari jejak. Aku runut lagi latar belakang keluarga ku, aku ingat-ingat apa cita-citaku sejak dulu, aku lihat kembali apa potensiku, aku tanya kembali diriku "apa iya kalau misi ku yang ini, ini benar-benar misi, dan bukan ambisi?". Saat salah satu pencarianku berlangsung aku bertemu diary ku. Aku baca satu per satu curahat hati anak kelas 4 SD yang ngomongin cinta melulu. Saat itu cinta yang ku maksud adalah cinta yang itu. Cinta yang berujung suka-sukaan.

Jujur geli banget wkwk. Ingin rasanya bilang ke Hana yang dulu, hidup tuh jauh lebih seru daripada itu. Tapi setelah sekian waktu aku mulai paham, Hana yang dulu sedang membangun sesuatu di dalam dirinya, lebih tepatnya, dibangun.

Belasan tahun lalu, aku gak percaya diri sama penampilanku. Beberapa kali aku merasa diperlakukan berbeda karena fisikku. Mungkin juga karena saat itu kami masih kecil, filter ucapan yang kami miliki mungkin belum sempurna, sehingga cenderung lebih muda menyakiti (dan lebih mudah memaafkan :)). Aku masih ingat saat-saat aku menangis di rumah karena merasa dibedakan. Tapi MasyaAllah, kalau diingat sekarang, sepertinya saat itu lah justru banyak hikmah mengetuk ku, menggenggam tanganku, mengatakan padaku bahwa aku akan baik-baik saja.

Cinta yang bertepuk sebelah tangan si anak SD bercampur baur dengan getirnya perasaan tidak berdaya. Menghasilkan banyak tangis yang ku simpan sendirian. Dulu aku jauh lebih buruk mengelola rasa, kadang sedihku masih suka berujung jadi omelan di dalam diary atau ku ceritakan ke penduduk bumi. Namun ada hari-hari di mana Allah gerakan hatiku untuk berdialog padanya. Saat itu aku yang belum benar-benar mengenal Allah, merasakan luar biasa indahnya kepasrahan.

Tapi masa SDku tidak melulu buruk :)
Ketidaksukaan ku terhadap penampilan yang ku miliki membuat aku memutuskan untuk memaksimalkan hal lain. Aku jadi orang baru saat keputusan itu ku ambil. Aku belajar untuk jadi orang yang lebih cheerful (dan receh (sangat)), aku mulai berambisi pada prestasi, aku ingin bisa ini-itu, dan lain sebagainya. Meskipun hati ini masih belum lapang dalam menerima akibatnya.Ya, saat ambisi-ambisi tersebut overdose, tentu akann sangat sulit menerima kegagalan. Dan namanya hidup ya pasti ada gagal dong haha :')

Pemikiran untuk go beyond my weakness, inilah salah satu kuntji retas-ku. Saat masuk ke SMP dan SMA, aku sudah jauuuh lebih santuy terhadap insecurity ku terhadap penampilan. Aku lebih fokus kepada hal-hal lain yang ku suka. Dan salah satu yang penting adalah, aku dulu merasa dengan penampilan ku aku gabisa menyalurkan perasaan cinta yang ada di hati. Meskipun terdengar desprate, namun hal itu membuat aku menjadi lebih luas memandang cinta. Kalau memang ia tidak bisa disalurkan sebagai rasa suka-yang-ingin-memiliki, maka mungkin ia bisa kita sebar ke penjuru bumi.

Sungguh, cerita bertele-tele barusan cuman buat bilang, bahwa meskipun hidup seakaan dipenuhi belukar, Allah telah menempatkan setiap episode pada tempatnya, pada waktunya. Perasaan takutmu, lukamu, kegagalanmu, dan apapun yang kau rasa hari ini, sudah Allah takar. Jika aku bisa hadir menatap diriku yang dulu, membelai kepalanya saat ia menangis, ingin aku bilang padanya bahwa aku berterima kasih karena ia telah kuat.

Akhir kata,

Ya
Cinta itu indah
Ia adalah rasa yang dapat membuat kita mampu bertahan berjuang menghadapi masalah, karena kita ingin orang lain tidak menderita
Ia adalah rasa yang membuat kita mau menyisihkan hasil usaha kita, untuk dibagikan kepada ia yang kita sayang
Ia adalah kekuatan yang menyatukan manusia untuk berhimpun dan melangkah bersama

Bayangkan jika tiap-tiap kita punya cinta yang banyak.
Kuantitasnya yang luar biasa membuatnya tumpah ruah di bumi.
Menyelimuti tiap sudutnya dengan kehangatan.
Membuat kita merasa bahagia, meski di hari yang sangat menderita.

Dan adakah yang lebih indah,
daripada cinta yang dititipkan
kepada Ia yang Maha Memiliki Cinta?

-Triana



No comments:

Post a Comment