Wednesday, April 8, 2020

Kalau kata Novia: Hikmah Hunter

Assalamu'alaikum,

Salah satu potongan ingatan masa kecilku adalah tiap berangkat sekolah suka merhatiin jalanan dan mencari "hal membahagiakan apa yang ada di sekitarku". Yang masih inget banget adalah aku secara instan bahagia ketika ngelihat ada seorang ibu-ibu pakai baju kuning (atau oren) di jalan. Hari-hari ini kalau inget the way I see the world, aku jadi paham. Aku dibiasakan Allah, lewat media-media sekitarku, untuk look beyond everything. Meskipun kadang pikiranku jadi berisik dengan insight dan pertanyaan, lalu dilanjutkan dengan diriku ngomel-ngomel dalem hati "woy berisik amaaat sih".

Aku pernah cerita ke beberapa orang tentang pikiranku yang berisik. Aku berani cerita karena teman ku pernah bilang, casually dia lebih banyak ngomong sama dirinya sendiri dibandingkan sama orang lain. Saat itu aku tercengang "WEH TERNYATA GAK CUMAN GUAA :'D" lalu aku dengan santuy cerita ke beberapa orang. Responnya beragam, ada yang cerita bahwa dia juga, ada yang nyengir2 doang, adapula yang berakhir menghujat-hujat lucu. Sebenernya dari beragam cerita tentang diri sendiri, cerita tentang pikiranku yang berisik ini adalah cerita yang aku excited bgt bagikan ke orang, tapi di sisi lain I know it's weird. Sehingga ya.. tetep gak sering ku ceritakan wkwk.

WKWK kok jadi ke sini.

Singkatnya, kalau aku ngeliat, nonton, denger, atau ngelakuin sesuatu, pikiranku sering berkelana. Seringnya dia mempertanyakan banyak hal. Misal lagi masak, ku mikir "ini kenapa sih kalau panasnya beda dia nanti teksturnya beda?". Atau kayak kemarin lagi nonton drakor, abangnya bilang "sukses tu di dapatkan apabila kita mendedikasikan 1000 jam untuk berlatih", tp abis itu otak gua malah mikirin "Alhamdulillah ya Allah nyuruh kita sholat 5 kali sehari, biar gak terobsesi sama hal duniawi" WKWK lah mana nyambungnya? (kalau di otak ku nyambung sik). Atau misal lagi nonton film tp yang dipikirin "eh gila itu niat amat propertinya, dibuat dari apa ya? itu kameranya dr angle mana ya bisa dapet gambar kek gitu? itu si aktor latihannya gmn ya bisa sejago itu?" wkwk.

Sejak masuk Mipa otak ini juga makin menyebalkan (in the good way, karena aku shayang) karena pertanyaan2 intrakepalaku sering dijawab dengan penjelasan saintifik, dah bahkan sering didebat dengan "Ya ga ada dasarnya".

Kayak tadi aku bilang, kalau lagi banyak sekali pertanyaan dan keributan di kepala, another suara di kepalaku suka bilang "wey berisik amat!" sambil nada marah. Kadang itu bisa terjadi puluhan menit, constantly memaki keberisikan. Meskipun keberisikan itu kadang bikin aku gabisa santai atau bahkan bikin gabisa tidur, tapi in the end of the day, I always grateful to have this state of mind. Kadang aku gak apa-apa gak ketemu orang (padahal I mostly extrovert hehe), krn pikiran ini saja ramai (bahkan suka berdebat). Aku pun sejak kecil tipe yang suka mendem perasaan yang terlalu menggebu (marah, sedih, senang) karena gak mau bikin orang harus terkena dampaknya, tapi I have suara-suara di otak yang punya beberapa sisi. Ada yang sibuk menyemangati ada juga yang sibuk memaki. Kadang aku suka jumpy dalam berbicara, terlebih kalau lagi di kelas, lagi ngomongin A tapi yang ku tanya B. Karena kepalaku sedang berdiskusi, dan mulutku cuman menyampaikan pertanyaan terakhir dari dikusinya.

Ini baru prolog, isinya di sini:

Cara aku berpikir ini, pernah ngebuat aku ngerasa "gue aneh ya?". Tapi I live forever with my mind, I can't resist trait yang ada. Lagian aku suka sifat ini. Sifat ini ngingetin aku sama perintah Allah untuk membaca (Iqro'), tepatnya membaca tanda-tanda kekuasaan Allah. Ketika aku mulai belajar islam lebih dalam, aku baru ngeuh bahwa sifat pikiranku yang seperti ini sebenernya bisa dipakai untuk sesuatu yang lebih keren dibandingkan pertanyaan saintifik atau kebahagiaan kecil disekelilingku! karena sebenernya this kind of observation dan questioning ngebuat kita bisa melihat hikmah, dan terus memburunya. Aku memahami hikmah sebagai makna, insight, pelajaran yang bisa diambil dari suatu hal atau peristiwa.

Indahnya islam adalah, kita disuruh nyari makna ini dimanapun, kapanpun. Mau ketika kita sukses, atau ketika kita gagal. Mau dalam keadaan lapang atau dalam keadaan sempit.

Yang aku yakini, mencari hikmah membuat kita gak messed up with life. Karena mindset kita adalah; selalu ada pelajaran di setiap episode kehidupan. Dan kita memandang diri sebagai life long learner, yang memang tugasnya memperbarui ilmu dan pengalaman.

Yakinlah hikmah itu adalah barang milik kita yang hilang, ia sedang berserakan di muka bumi. Karena ia milik kita, ya ambil aja yang banyak :)

menulis ini bikin aku bersyukur karena aku dikelilingi orang-orang baik yang teruss mengajak ku jadi hikmah hunter, aku dikeliling pikiran-pikiran yang menghiburku dan membuat aku sebal dengan bahagya, aku dikelilingi benda, kisah, perasaan yang bisa menumbuhkan positivitas. Tapi yang palinggggg aku syukuri adalah aku hidup dengan dikasih fitrah sama Allah (and we all have it!) untuk selalu mengingat-Nya, sehingga bertambah ketenangan di hati kita :') uwu bet gasihhh

Stay positive you all,
Allah selalu sayang Hamba-Nya
-Triana

No comments:

Post a Comment