Sejak Ramadhan tahun ini datang, dunia gue kayak berubah. Mungkin gak signifikan dibandingin yang lain-lain. Tapi cukup besar untuk membuat gue setia bertanya kepada diri sendiri "kamu gak malu apa han masih gini-gini aja? kapan mau berubah? emang gimana caranya biar bisa berubah?" hum.
sebenernya,
Waktu detik-detik Ramadhan mau dateng.. gue biasa aja
Waktu orang pada heboh nentuin tanggal pertama puasa.. gue biasa aja
Tapi waktu dia hadir dan dateng di hari pertama.. rasanya hati ini luluh. Rindu kepada Ramadhan, rindu kepada-Nya.
Walaupun kini gue sedang menulis sekaligus memaki diri sendiri. Bagaimanapun, di Ramadhan kali ini gue merasa belom menciptakan progress. Hanya sekedar berusaha memandang dunia dari kaca mata yang berbeda. walaupun kacamata yang gue pake belom diganti sih, masih sama kayak 3 bulan yang lalu.
Tapi Alhamdulillah, Allah sepertinya masih memberikan berkah kepada gue :) dia mengirimkan gue teman-teman yang selalu setia mengingatkan. :')
anyway. Ini bukan main poin yang ingin gue ceritakan. Gue mau cerita soal satu kalimat yang terngiang karena baca suatu buku di bulan ini. yaitu..
"Cinta datang karena biasa"
Mungkin kata cinta terlalu klise untuk terungkap. Tapi nyatanya ia hadir dan merona di mana-mana. Berawal dari sebuah perkenalan singkat yang mungkin tak berkesan, hingga hadir isyaratkan pesan.
Gue sempat tertegun. Gak lebay sih, cuman iya gue kepikiran. Mungkin kata cinta terlalu "aktif" untuk dideskripsikan dengan ilmu pasti. Tapi ada benarnya juga bahwa cinta datang karena biasa. Mungkin benar, mungkin ada yang lebih benar.
Di sini gue berpikir, "berarti perasaan kayak cinta juga bisa dong kita kontrol?" maksudnya adalah: kita bisa dong mencegah diri kita dari kegalau-an kegalau-an yang gak penting akibat cinta ini? Kalau memang bisa dikontrol mengapa kita terus terkekang dengan cerita lama dan siksaan yang sama untuk waktu lama?
Mehehe.
Gue juga manusia bray. Walaupun sudah lama membiarkan "pengalaman jatuh cinta-cinta-an" ini pergi dari hidup. Cuman perasaan kayak gitu juga pernah sempet bikin galau sampe berbulan-bulan. Perasaan yang kita namakan sakit hati, luka, dan derita. Setelah baca buku tersebut, dan terngiang kalimat ini gue mulai ngerasa bahwa pada masa itu jangan-jangan gue-lah yang menyiksa diri sendiri. Dengan terus berpikir tentang nama dan wajah yang sama, yang kadang hidup tanpa kesalahan apa-apa sama diri kita, tapi jadi objek paling bersalah se-dunia karena presepsi yang kita buat sendiri.
ah masa muda..
*Sok tua abis* *padahal baru belasan tahun* *padahal masih ingusan *karena suka pilek**
"Cinta datang karena biasa"
Yang gue rasa mungkin begitu adanya. Bermula dari bukan apa-apa, hingga tak terganti dengan apa-apa. Analoginya mungkin sama kayak handphone. Pas awal beli mungkin biasa aja, gak kece-kece banget, tapi karena selalu dipake dan menyelamatkan hidup dari ke-ansos-an di dunia ini, maka lama-lama dia menjadi candu dan tidak bisa dilepaskan #halah *itumah gue-nya yang seneng main hp*
"Cinta datang karena biasa"
Kadang kita terjebak sama kata-kata "berusaha melupakan" ketika pada akhirnya malah terus mengingat. Bilang ngelupain, tapi gak nge-stalk twitternya satu hari aja rasanya gelisah.. besoknya tetep aja nge-stalk :p
bilang ngelupain, tapi diumbar ke semua orang... berarti gak lupa dong -_- #gue #banget. Bilang ngelupain tapi terus jadi gak mau ngebuka mata sama dunia luar, seakan hal paling penting se-dunia adalah untuk "lupa" tanpa kita inget bahwa ada banyak hal lain di dunia ini yang jauh lebih seru dan bisa bantu kita untuk ngelupain. Bilang ngelupain, tapi ngelakuin sesuatu dengan tujuan "biar gue lupa sama si dia.." bukannya kalau niatnya kayak gitu berarti kita inget? :p HAHA I DID THESE THINGS TOO! Dan mungkin masih akan melakukannya ;)
"Cinta datang karena biasa"
Lalu berarti bisa dibiasakan untuk hal lainnya kan?
Ada banyak orang, akun, dan situs yang mengatakan bahwa definisi cinta tidak sebatas kepada hubungan laki-laki dan wanita. Jika memang benar adanya -- dan saya meyakini benar adanya -- mengapa tak biasakan cinta untuk hal-hal yang tak menyakiti dan membawa kita ke jalan yang lebih baik? *nanya sama diri sendiri*
Mari kita menata hati untuk hari lebih baik. Kalau memang ada rasa lain yang lebih pantas, lalu mengapa mengiba dan meronta.
Mungkin tulisan-tulisan ini #kode. Mungkin juga tidak. Mungkin tulisan-tulisan ini tak sepenuhnya saya pahami sendiri.
Bagaimanapun ini buah dari pikiran saya yang kadang menantang dan menentang hati. Mari saling mengingatkan!
Hanatkl yang sedang tidak paham.
No comments:
Post a Comment