Apa yang membuat mu kuat ketika melewati hari-hari yang berat?
Apa yang membuat mu sukarela menerima yang kau punya?
Apa yang membuat mu bangkit dari sakitnya jatuh dalam kegagalan?
Jawab sendiri ya jangan tengok kiri-kanan (buat apa juga?)
Apa yang membuat mu sukarela menerima yang kau punya?
Apa yang membuat mu bangkit dari sakitnya jatuh dalam kegagalan?
Jawab sendiri ya jangan tengok kiri-kanan (buat apa juga?)
***
Bagiku, jawaban atas pertanyaan ini ada banyak ragamnya. Tergantung mood dan kondisi otak ku sedang berceramah tentang apa wkwk. Yang pasti, dan pastinya, adalah karena aku selalu punya Allah. Aku tahu apa yang Ia gariskan menjadi takdirku, pasti yang terrrrrbhaik! p.s.: bukan yang termudah.
Ragam jawaban lainnya adalah:
- menerimanya; dan
- menyukainya
***
Bagiku, menyukai sesuatu adalah kuntji.
Aku seringkali melibatkan faktor "aku suka itu!" dalam membuat keputusan
Misalnya, jurusan, pekerjaan, order go-food, atau memilih buku apa yang ingin aku baca selanjutnya
Jujur, aku gak merekomendasikan cara ini pada setiap orang. Tentu ada orang-orang yang terlahir rasional dan tumbuh besar secara rasional. Dan rasional adalah sesuatu yang menurutku mahal. Betapa besar harga dari berpikir secara matang demi kemasalahatan. Sesuatu yang aku tidak miliki secara dominan, tapi aku menghargainya! :)
Back to "menyukai".
Bukan berarti aku selalu mendapatkan apa yang aku suka
Tapi justru ketika aku mendapatkan yang sebaliknya, berusaha 'menyukai' adalah jurusku untuk retas
Seperti ini:
Dulu, rasanya masuk IPA bukan sepenuhnya keinginanku.
Loh, aku kan mau jadi jurnalis. Cita-cita tersebut sudah berulang kali aku deklarasikan sejak duduk di bangku SD. Maka secara logis, seharusnya aku memilih IPS.
Tapi aku tahu akan ada perasaan yang dikorbankan ketika aku memilih IPS. Perasaan pihak lain, dan sebagian perasaan ku yang masih abu-abu.
Akhirya aku masuk IPA. Bukan sepenuhnya keinginanku, tapi ia adalah pilihanku.
Bagaimana rasanya menjalani hari sebagai anak IPA setengah hati?
Tentu berat. Tapi setengah hatiku tidak berlangsung lama. Karena aku berusaha menginvestasikan perasaaku pada IPA.
Tentu berat. Tapi setengah hatiku tidak berlangsung lama. Karena aku berusaha menginvestasikan perasaaku pada IPA.
Aku berusaha mencintai fisika
Aku berusaha berteman dengan kimia
Aku ... mencoba belajar matematika.. tapi remedial terus sih (kecuali 1 materi, kalau ga salah wkwk)
Aku jatuh cinta pada biologi
Proses mencintai IPA kalau dipikir-pikir lucu juga. Aku lupa bagaimana caranya sampai akhirnya aku bahkan bisa sedih ketika dapat matkul fisika dasar terakhir di kuliah. Yang aku ingat, aku hanya mencoba bilang pada diriku "woooooow howwww excitinggggg!" ketika menerima konsep-konsep ilmu alam. Tapi dilakukan dengan tulus ya :) sampai akhirnya aku melakukannya, tanpa diperintah (dan kadang berlebihan wkwkwkkw).
Mungkin kuncinya adalah begini:
1. Menikmati hal-hal kecil, mengagumi bagaimana ia ada dan bekerja
2. Mengasah rasa ingin tahu
3. Menanam benih antusiasme
Percaya atau engga (tapi harus percaya). Kalau dulu aku setengah hati jadi anak IPA, memasuki bangku kelas tiga aku mulai sukarela mempelajarinya. Bahkan kagum sama konsep-konsep dan kekerenannya. Memasuki semester lima aku mulai ingin dunia tahu bahwa IPA tuh keren bgtz gils ga ngerti lagi. Dan ketika sampai dunia kerja, aku justru nyari-nyari kerjaan yang ada IPA-IPAnya HAHA :') InsyaAllah nexttt journey adalah mewujudkan mimpi-mimpi meningkatkan literasi sains bangsa yaaaas!
udah-udah, balik ke topik awal.
Menyukai sesuatu buatku berlaku untuk banyak hal. Bahkan mungkin apapun. eh iya gak sih wkwk.
Kita pastiii pernah ga suka sama orang, kalau aku, ku berusaha nyari sifat doi atau perilaku doi yang menurutku lovable. Meskipun ini PR yaaa! ga mudah emang wkwk. Aku pun masih belajar
Kita juga pastiiii pernah ga suka sama suatu aktivitas. Aku dulu ga suka nyetrika wakkaka. Tapi pada suatu titik waktu aku suka banget! Caranya adalah, nyetrika sambil nonton master chef. Aku suka acaranya + ngerasa produktif banget??? bisa belajar, nyari hiburan, sambil nyetrika! Terus aku cari cara-cara lain yang bikin aku suka nyetrika, misalnya: bikin playlist nyetrika yang isinya lagu-lagu seru, cerah, ceria, seperti senin pagi dannnn mendengar podkes2 sains!
Kita juga pastii pernah ga suka sama suatu barang di dalam hidup wkwkw. Nah yang ini bisa dihias atau dipasang sesuatu yang kita suka. Aku biasanya suka yang lucu-lucu. Terus, kalau waktu kecill aku juga suka namain benda-benda, hal itu ngebuat hubungan aku dan benda tersebut semakin akrab. Kalau itu terlalu kekenakan, paling tidak coba ingat2 kebaikan benda itu terhadap hidup kita. Betapa ia memudahkan gaksi~ (atau engga?). Dan inget, dia hadir di hidupmu karena sudah Allah jadikan ia rizkimu.
Seeeems so positive right?
Yapp! begitulah cara aku menaklukan gundah, jatuh, atau hari-hari yang terasa buruk.
Tapi aku bukan sinar mentari, tentu aku ga terus-menerus merona, cerah, dan ceria. Kadang kala aku butuh waktu panjang untuk bisa menerima upaya ku menetralkan suasana. Kadang aku perlu jeda untuk sekadar berair mata. Bahkan kadang, upaya berusaha menyukai adalah proses yang menyayat-nyayat.
Tapi semua pasti akan selesai dan baik-baik saja
Suatu hari nanti
-Triana
No comments:
Post a Comment