Tuesday, March 2, 2021

Harapan

 Februari kemarin, usiaku tepat 24 tahun

Wow memasuki usia yang sangat strategis. Belum terlalu tua untuk bermimpi dan tidak terlalu muda untuk mewujudkannya. Figur ku di umur segini juga yang aku sejak dulu khayalkan. Di benak ku dahulu kala, Hana di umur 24 mengenakan kaus, kemeja kotak-kotak yang tidak dikancing, celana jins, dan sedang berjalan ke sana ke mari mencari bahan berita. Hehe baru ngeuh, aku kok dulu gak bermimpi jadi pejabat atau apa gitu yang kerjanya gak panas-panasan :) Di benak ku dulu, perjuangan itu romantis pisan.

Ternyata kenyataannya gak seperti itu adanya. Aku sepertinya gak akan berpakaian kayak gitu, karena kini lebih prefer pakai rok kemana-mana wakakak. Aku juga gak ke sana kemari mencari berita, tapi aku tetap menulis berita dengan mencari informasi di internet wkwk. 

Tapi sejauh apa pun mimpiku dahulu dengan kenyataan yang sekarang, aku gak merasa jadi orang yang bermimpi dengan sia-sia. Aku ingat betul mimpi-mimpi ku aku bawa ke dalam doa-doa (kecuali tentang gaya pakaian, itu gak masuk ke doa sih wkwk). Dan kadang, di sela-sela aktivitasku yang kadang suka terlihat random banget, aku baru sadar: MasyaAllah ini kan do'a ku dahulu kala!

Misalnya, aku dulu pingiiin banget jadi jurnalis. Emang sih aku gak pernah dapet titel serupa, tapi ternyata Allah posisikan aku jadi content writer ceritaiklim. Dan kerjaannya seperti yang ku damba ketika dulu pengen jadi jurnalis! 

Misalnya, aku pernah berdoa ingin jadi ustadzah. Sebenernya aku dulu berdoa setengah hati saja, karena ibu pernah bilang "kamu jadi ustadzah aja" tapi aku dulu gak mau hehe. Tapi bertahun lalu aku dapet kesempatan ngajar anak-anak di suatu pesantren dan dipanggil ustadzah haha. Sekarang InsyaAllah mau kok! mari kita pantaskan diri belajar yaa~

Dan masih banyaaaaaak banget pertolongan Allah yang aku rasakan. Yang aku malu adalah, seringkali aku gak ngeuh bahwa nikmat atau ujian yang aku rasa adalah cara Allah mengabulkan do'aku. Seringkali aku tenggelam dalam perasaan, lupa kalau segala yang Allah suguhkan adalah apa yang terbaik adanya.

Maafin Hana ya Allah :")

Lewat tulisan ini, aku mulanya ingin bercerita tentang apa yang berubah di usia 24.

Yaitu tentang bagaimana aku berharap.

Tentu saja harapan ku banyak sekalii. Tapi kini, ketika melantunkan doa, tubuh dan pikiranku berada di posisi lebih siaga. Bukan karena aku gak percaya Allah akan mengabulkan harapan, justru karena aku yakin banget Allah Maha Mengabulkan Doa. Siaga itu datang karena aku tahu doaku akan terkabul bersama sederet konsekuensi yang aku harus siap untuk memikulnya. 

Misalnya saja, ketika aku berdoa "Ya Allah, tolong tambahkan rizki ku". Maka konsekuensi logisnya aku harus bisa lebih pintar mengelola rizki yang Allah kasih.

Dan sebagainya :)

Yang jadi catatanku di sini, dear all readers dan aku di masa depan. Jangan pernah berputus asa mencari rahmat Allah. Kasih sayang Allah tuh canggih luar biasa, maka kita juga harus canggih dalam melihatnya, menemukannya, menikmatinya, dan bersyukur atasnya.

Dear aku di masa depan (lagi wkwk),

Gausah malu-malu berharap

Hidup tu ya, buat apa lagi coba selain memaksimalkan diri buat akhirat dan semesta?

-Triana


No comments:

Post a Comment