Monday, December 9, 2013

Dunia dan Sandiwara

Kadang aku hanya ingin di sini.
Hanyut bersama dunia ku yang menyenangkan.

Sungguh menyenangkan.

Kamu mau datang berkunjung?

Akan aku jamu dirimu dengan sebungkus kue kering dan segelas teh susu.

Lalu kita akan berbincang hingga pagi soal dunia ku.
Soal musik yang ku suka.
Soal novel-novel sastra yang menghiasi lemari di pojok ruang.
Soal mimpi-mimpi ku.
Soal bagaimana aku melihat hidup.

Jika memang sebungkus kue kering dan segelas teh susu kurang bagi mu, mungkin kita bisa bersama-sama mengendap menuju dapur. Mengambil semua isi kulkas dan menutupnya dengan kain gorden jendela ruang tamu. Tidak akan ada yang tahu. Sudah ku bilang, ini dunia ku.

Tapi sungguh, kewarasan mengajak ku mengerti. Bahwa dunia yang aku rasakan dengan panca indera memang tak akan serupa dengan dunia yang aku namakan sebagai "dunia ku". Jiwa-jiwa yang terbungkus epidermis di luar sana mungkin tak akan mau mengambil pusing tentang alam imaji ku yang abstrak. Dan aku harus pula mengambil peran dalam sandiwara kehidupan. Berpura-pura sebagai orang lain dihadapan orang-orang yang berpura-pura sebagai dirinya.

Namun jika esok lusa kau merasakan hal yang sama dengan ku. Ketika kau bosan dengan panggung sandiwara dan merindu kehangatan dapur rumah mu. Maka jangan segan untuk mengambil kunci rumah dibalik keset depan pintu.

Barang kali secarik undangan bisa kau kirim pula untuk ku?

 Dengan senang hati, aku ingin melihat mu tanpa polesan wajah seperti dipanggung itu.

Tapi ingat teman, jangan sampai kau terlena. Ingat teman kita Cinderella yang hanya mendapat jatah hingga tengah malam? Mungkin pula jatah kita tak akan lama untuk menikmati dunia kita masing-masing.

Karena selama tulang dan daging membuat mu terlihat seperti manusia, selama itu pula kau dituntut untuk bertindak sesuai dengan peranan. Rasa nyaman mungkin tak kau dapatkan. Tapi siapa bilang engkau tercipta untuk berkubang dalam perasaan nyaman?



-triana

No comments:

Post a Comment