"Hana gak ngerti deh kenapa sekolah bikin sistem kayak gini.. ketika siswa gak setuju blablabla.. mereka kan udah pernah nyoba sistem ini dan blablabla..."
Kurang lebih itu yang aku curahkan dengan maksud melepas penat. Mulut ini berapi-api mengkritisi kebijakan yang menurut diri benar-benar tidak nyaman. Tapi lalu jangankan melepas penat, jawaban dari lawan bicaraku justru malah menambah beban hati;
"Sudahlah, kamu ikuti aja apa yang mereka buat pasti mereka udah mempertimbangkan itu baik-baik."
Kurang lebih itu jawabnya. Rasanya hati ini tidak rela mendengar itu. Lantas mencoba mencari-cari pembelaan. Tapi sayang, yang aku dapati malah tetesan air mata.
***
Waktu itu semua terjadi, jujur rasanya sakit men ketika lo berharap orang bakal ngedukung lo tapi malah sebaliknya. Ketika lo berharap kritikan lo bakal didukung, tapi malah sebaliknya. Waktu itu terjadi gue langsung balik kanan bubar jalan.. antara sakit hati, malu, dan ego ini masih nyari-nyari pembelaan.
Selama beberapa menit emosi itu menguasai hati gue. Tapi terus gue malah marahin diri gue karena terlalu egois dan gak mau mencoba mencerna kata-kata lawan bicara gue. Setelah gue coba cerna, gue memang gak setuju sepenuhnya sama apa yang beliau katakan. Tapi gue sadar, memang begitu adanya. Memang pasti apapun kebijakan yang ditetapkan udah dipikirkan mateng-mateng sama petinggi-petinggi tersebut. Gak enak sih, tapi memangnya di kehidupan nyata nanti yang ada cuman yang enak-enak?
hem :)
Gue pun sadar, sudah waktunya kita mencoba berpindah posisi untuk melihat sesuatu dari lain sisi. Sudah waktunya kita mencari hikmah dari segala cobaan, dan kesulitan.
yap, dan bisa jadi 'mengkritisi' itu gak selamanya perlu. Setuju?
-Triana
No comments:
Post a Comment