dan sebelum menertawakan hal ini (atau mungkin setelahnya) gue sedang berpikir tentang tumbuh dan berkembang. dari 7 ciri-ciri makhluk hidup, mungkin ini adalah faktor yang membawa gue (dan tentu saja orang-orang sekitar gue) ke dalam problema yang berbeda, lebih rumit, dan tentunya lebih... Sangar.
eh gak sangar juga deng
Gue sempet sakit minggu lalu. Menurut cerita, katanya gue pulang mukanya udah gosong bukan merah lagi. Menurut cerita katanya gue panas banget sampe dikasih obat penurun panas, 2 sekaligus. Menurut gue itu sakit yang udah lama gak gue rasain. Oke gue gak mau menceritakan se-sakit apa gue karena percuma ae gue sudah sehat bugar dan jayus kembali. Tapi pas sakit itu gue sempet kepikiran sesuatu.. gue mengalami tumbuh dan berkembang.
Gue juga heran kenapa bertambah besar malah menjadi pikiran. Dulu waktu kecil pengen banget cepet besar, pengen bebas, pengen gak dimanjain lagi. Tapi sekarang gue baru 15 tahun dan gue baru saja sadar: tumbuh dewasa itu konsekuensi. Maka bersama waktu kita harus bisa mendewasakan diri, maka bersama waktu kita harus bisa memperbaiki diri, maka bersama waktu kita harus belajar.
Sakit yang gue alami mengajari gue beberapa hal. Dulu waktu kecil kalau sakit kayaknya ditungguin sampe sembuh, dijagain terus, dikit-dikit dicek. meskipun gue memang tidak membutuhkan perhatian se-intens itu untuk umur segini, tapi rasanya ada yang beda. dan gue akhirnya sadar semuanya gak lagi sama. Tumbuh dewasa itu berarti harus lebih mandiri.
Beberapa waktu sebelumnya gue juga sadar sesuatu. pas gue sedang menyimak dongeng pagi--seperti biasanya. Gue mulai sadar bahwa gue sudah mulai terlalu realistis. Oke, mungkin agak lebay kalau gue bilang 'terlalu realistis' tapi nyatanya semakin besar gue merasa semakin banyak menyangkal, semakin banyak menghapus imajinasi menjadi sesuatu yang lebih realistis.
Semakin dewasa maka ekspetasi orang bahwa kita sudah bisa meminum obat kapsul bertambah. Sehingga puyer dan obat sirup dihapus dari resep dokter.
Semakin dewasa maka kita tak lagi hanya menimbang tentang warna dan bentuk sebelum membeli sesuatu, tapi harga, kebutuhan, keuangan, kesegaran, dan faktor lain menjadi penentu.
Semakin dewasa maka kita tak lagi hanya tertarik akan gambar pada buku-buku tebal, tapi tulisan, alur, cerita, penokohan, dan emosi membawa kita hanyut di dalamnya.
Sebagian orang mungkin menyesal tumbuh dewasa, sebagian lagi menikmatinya dengan sungguh-sungguh. Bagi gue pribadi, penyesalan yang gue tulis diatas bukan untuk diratapi, tapi untuk 'mambangunkan' kesadaran gue bahwa "lo akan terus tumbuh dewasa bersama waktu, lo akan terus menghadapi tantangan baru, dan mau gak mau lo harus siap untuk tumbuh." maka bagi gue, sepertinya kita harus siap mendaki hidup bersama waktu, dan terus terjaga.
EEEH GUE BARU 15 TAHUN TAPI....!
ya gapapa lah.. mengantisipasi apa yang akan datang mungkin membantu juga. bukankah mencegah lebih baik dari pada mengobati?
"kita kan sudah berumur..
15 tahun" -Teman satu kelas gue
#end
Triana
lawakan gagal:
Country.
Dl: *main gitar*
D: eh itu lagu country ya?
H: hee lagu country kan lagu negara
D: .........
Gue juga heran kenapa bertambah besar malah menjadi pikiran. Dulu waktu kecil pengen banget cepet besar, pengen bebas, pengen gak dimanjain lagi. Tapi sekarang gue baru 15 tahun dan gue baru saja sadar: tumbuh dewasa itu konsekuensi. Maka bersama waktu kita harus bisa mendewasakan diri, maka bersama waktu kita harus bisa memperbaiki diri, maka bersama waktu kita harus belajar.
Sakit yang gue alami mengajari gue beberapa hal. Dulu waktu kecil kalau sakit kayaknya ditungguin sampe sembuh, dijagain terus, dikit-dikit dicek. meskipun gue memang tidak membutuhkan perhatian se-intens itu untuk umur segini, tapi rasanya ada yang beda. dan gue akhirnya sadar semuanya gak lagi sama. Tumbuh dewasa itu berarti harus lebih mandiri.
Beberapa waktu sebelumnya gue juga sadar sesuatu. pas gue sedang menyimak dongeng pagi--seperti biasanya. Gue mulai sadar bahwa gue sudah mulai terlalu realistis. Oke, mungkin agak lebay kalau gue bilang 'terlalu realistis' tapi nyatanya semakin besar gue merasa semakin banyak menyangkal, semakin banyak menghapus imajinasi menjadi sesuatu yang lebih realistis.
Semakin dewasa maka ekspetasi orang bahwa kita sudah bisa meminum obat kapsul bertambah. Sehingga puyer dan obat sirup dihapus dari resep dokter.
Semakin dewasa maka kita tak lagi hanya menimbang tentang warna dan bentuk sebelum membeli sesuatu, tapi harga, kebutuhan, keuangan, kesegaran, dan faktor lain menjadi penentu.
Semakin dewasa maka kita tak lagi hanya tertarik akan gambar pada buku-buku tebal, tapi tulisan, alur, cerita, penokohan, dan emosi membawa kita hanyut di dalamnya.
Sebagian orang mungkin menyesal tumbuh dewasa, sebagian lagi menikmatinya dengan sungguh-sungguh. Bagi gue pribadi, penyesalan yang gue tulis diatas bukan untuk diratapi, tapi untuk 'mambangunkan' kesadaran gue bahwa "lo akan terus tumbuh dewasa bersama waktu, lo akan terus menghadapi tantangan baru, dan mau gak mau lo harus siap untuk tumbuh." maka bagi gue, sepertinya kita harus siap mendaki hidup bersama waktu, dan terus terjaga.
EEEH GUE BARU 15 TAHUN TAPI....!
ya gapapa lah.. mengantisipasi apa yang akan datang mungkin membantu juga. bukankah mencegah lebih baik dari pada mengobati?
"kita kan sudah berumur..
15 tahun" -Teman satu kelas gue
#end
Triana
lawakan gagal:
Country.
Dl: *main gitar*
D: eh itu lagu country ya?
H: hee lagu country kan lagu negara
D: .........
No comments:
Post a Comment