"Ayo peduli lingkungan, tega ngeliat 50 tahun lagi anak cucu kita harus hidup di tengah perubahan iklim?"
Ada yang bilang
"Ayo peduli sejarah, karena kita harus belajar dari sejarah!"
Ada yang bilang
"Ayo peduli politik! mau negrimu diobrak-abrik?"
Ada yang bilang
"Ayo peduli bencana di Negri A, mari kita bantu saudara kita di sana"
Lalu kamu termenung
Meringis
Mengaduh
Menunggu
Sesosok yang berkata
"Istirahatlah, badanmu punya hak untuk turut dipedulikan"
Teruntuk saudara-saudaraku yang senantiasa berjuang dalam sadar untuk menyadarkan :) Semoga kebaikanmu, pedulimu, keinginanmu menggerakan mereka, Allah balas dengan sebaik-baiknya balasan. Semoga dengannya Allah gerakan hati mereka, agar kita hidup dalam naungan ridha-Nya.
***
Itu hanya prolog
Di lingkungan perkuliahan ini, ajakan-ajakan 'peduli' semakin marak dimana-mana. Pernah suatu saat, hati iseng bertanya:
"buat apasih peduli? terus kalau udah peduli kenapa?"
Saat itu, kami tahu hati hanya pura-pura lugu. Bahayanya, tanya itu ada benarnya.
Seperti ketika kita turut peduli tapi bungkam saja. Atau saat kita bilang peduli tapi tidak bertindak apa-apa.
Jargon "save our ocean" misalnya, yang di-aamiin kan dalam hati, namun pada eksekusinya gue masih langganan minuman botol plastik yang notabene mencemari laut :(
saat argumentasi itu terangkat, hati jadi bimbang. katanya "iya ya Han, kenapa kita masih terus berusaha agar yang lain peduli?"
Lalu satu, dua, tiga. Seketika hati mengerti.
Setidaknya di antara mereka yang "iya iya saja" ada yang ketika pulang ia mengingat apa isi ajakan peduli itu. Setidaknya diantara mereka yang "oke oke saja" ada yang pada akhirnya memilih untuk andil lebih. Setidaknya, mungkin bukan hari ini, tapi suatu hari nanti ada yang memilih berhenti bungkam dan berekspresi.
Tidak, tidak sia-sia saudariku.
Peduli lagi, peduli terus
Semoga suatu waktu, pedulimu kan jadi aksi yang membelenggu. Membelenggu masalah lalu, menerbitkan harapan baru.
Se-ma-ngat
-Triana
No comments:
Post a Comment