Dari jam biru
Ku lihat pertunjukan mimpi
Laga yang bagus di sela kabut
Aku menontonnya sambil mendongak
Sebuah kisah klise, hidup yang sempurna
Yang memperdengarkan ketulian
Dan kemuliaan yang keterlaluan
Bahwa dengan ilmu kau kan begitu berkilau
Sementara di hadapanku
Jutaan rakyat satu persatu menggigil
Memanggil-manggil putra-putri negeri
Yang dulu atas nama bangsanya berjanji
Tak kan biarkan kesusahan menimpa bumi pertiwi
Mimpimu yang terlalu tinggi
Atau aku yang ada dalam kekerdilan
Jika bau ikan dan becekan memenuhi rongga hidung
Tapi leherku pegal menatap layarmu yang mengkilap
Mimpimu yang terlalu jauh
Atau aku yang jalan di tempat
Jika yang tiap hari ku dengar
Adalah lantunan keluh dan kesah
Tentang mengundur tenggat hutang di warung sebelah
Sementara engkau sibuk menghitung jumlah gelar
Mimpimu yang begitu lugu
Atau aku yang sebenarnya tak lebih baik dari anak TK
Jika yang ku lihat adalah gambaran desa yang tak
terjamah
Di bawah dua kaki gunung dan petak sawah
Sementara engkau membangun kastel dari kuntum bunga
bank
Sungguh menyenangkan
Menyaksikan pertunjukan mimpi
Menertawai kerasnya nasib
Dan masa lalu yang dibodohi
Oleh idealisme-idealisme omong kosong
Di sela obrol dan kulit kuaci
Sudah tenanglah
Tak perlu kata maaf kawan,
Kamu sudah tepat janji
Kamu abdikan diri membangun negeri
Sayang, negeri itu bersarang dalam dadamu sendiri
***
Dibuat untuk meramaikan sayembara puisi tingkat fakultas. Alhamdulillah masih harus banyak belajar :)
-triana
No comments:
Post a Comment