Kenapa harus ada aku?
Kenapa harus ada dia?
Kenapa kita harus bertemu?
Dan kenapa penyesalan datang diakhir?
Aku tak sekuat itu untuk menerimanya
***
Seandainya kala itu aku berbelok ke kiri, dan tak berbelok ke arah sebaliknya. Seandainya kala itu aku tak memberanikan diri menyapanya, dan malah tak menghiraukannya. Seandainya waktu itu aku tak bercerita tentang semuanya, dan malah hanya bercakap-cakap biasa. Pasti semua akan berbeda. Tapi satu hal, semua itu telah terlanjur terjadi dan kata “seandainya” hanya akan membuatku semakin tersiksa. Dan aku tak dapat mengungkiri jikalah penyesalan terjadi dibelakang, karena aku telah merasakannya “terlalu” banyak, dan ini terlalu menyiksa batinku.
Aku hanya dapat mengenang segalanya. Ketika ia hadir menemani sepiku, ketika ia hadir dan menyembuhkan lukaku, ketika ia hadir menampung semua ceritaku, dan ketika ia hadir dan membuatku merasa lebih tenang. Namun itu hanya kenangan. Dia telah pergi meninggalkanku sendiri seperti dulu.Dan aku hanya ditinggalkan dengan sebongkah harapan. Harapan agar semuanya kembali seperti masa itu, seperti masa indah itu, dan tak lagi seperti ini.
Namun ku terlalu lemah…
Diriku tak sekuat itu…
Aku tak dapat lagi menahannya…
Apakah ini ujian? Ujian yang rumit dan membuatku remedial dengan peringkat paling bawah karena tak dapat mengatasinya?
Atau apakah ini adalah uji coba? Uji coba dengan membiuskan diriku klorofom sehingga membuatku pingsan dan tak sadarkan diri lalu ketika kubangun sebenarnya ia telah merusak syaraf?
Apakah ini jebakan? Jebakan besar yang ditutupi oleh ribuan dedaunan sehingga lamaku berdiri disana, namun lama kelamaan aku akan terjatuh dan tak seorangpun mau menolongku?
Apakah ini hanya pelarian? Pelariannya untuk mencari orang yang lebih baik dariku dengan singgah terlebih dahulu pada diriku lalu membuatku terlanjur percaya dan dia pergi begitu saja?
Atau sebenarnya aku yang bersalah? Bersalah karena terlalu cepat percaya padanya, padahal dia tak sesempurna itu dan aku hanya orang yang begitu lemah.
Aku menyerah. Aku tak punya hak untuk tidak membiarkan dia pergi. Mungkin dia hanya pergi sesaat, dan akan kembali secepatnya. Atau mungkin dia hanya akan pergi hingga aku berubah. Atau mungkin pergi selamanya. Namun ku harap, ini hanya sebuah ujian yang menjebak, tapi dapat ku taklukan dengan sedikit berfikir. Ujian persahabatan, yap semoga saja hanya itu yang terjadi
plokplokplok yeeeaaay puitis gak? ya dong hawhaw. hahaha maaf kalau sedikit aneh. lagi sok puitis gidu deh gue -_- yap dadah
yanglagisokpuitis,
hanatkl
gue tersanjuung~ gue kira ini cerpen wkwkwk eh cerpen lo masukkin ke sini aja sayh
ReplyDeleteudah kok bel hahahaha makasih
ReplyDelete