Assalamu'alaikum,
Selamat hari ke-12 puasa bro sist. Dan ke-13 bagi yg menjalankannya :)
Gimana udah pada pilpres tadi pagi? Yaudah dari pada pusing mihak media mana, mending kita #PemiluDamai. Easik gak gue?
Ngomongin media, jadi inget remah-remah harapan. Seperti tweet gue mengenai telah masuknya generasi kami ke era di mana interaksi sosial sebagian diwarnai pertanyaan "mau kuliah di mana?" atau hal yg terdengar lyk dat, kemaren tante gue pun bertanya hal yg sama. Bedanya, dia inget potongan harapan gue yg lain, yang kok kayaknya kontras..
"Jadi Hana mau kuliah di mana nih"
"Ehehe, pengennya biologi tante"
"Loh bukannya hana mau jadi.. eh apa dulu.. wartawan?"
"Iya tante, wartawan alam :))"
"Oooh jadi mau masuk univ P?"
"Pengennya sih Univ I tante? :)" *lalu meninggalkan tante gue yg lagi ngaca*
:') Dari dulu gue suka membayangkan arah hidup mau dibawa ke mana. Gak kebayang sekarang hampir sampai di check pointnya. Entah ini check point ke berapa. Walaupun yang gue percaya sekarang, check point ini bukan akhir arah hidup. Tapi layaknya ada di persimpangan, bisa jadi kalau lo ke kanan lo gak bakal pernah sampe ke Bogor, Bogor cuman bisa di tempuh kalau lo belok kiri. Tapi bisa pula kalau lo belok kanan lo tetep bakal sampe ke bogor, kadang kan kita gak 'ngeh' ada jalan 'berbeda' untuk sampe ke Bogor. Duh pengen roti unyil #SalahFokus
Gue baru SMA mau masuk ke kelas 3, tapi 2 tahun ini aja udah penuh kejutan.
Dulu waktu SMP pernah wondering mau masuk IPS. Pengen jadi jurnalis, masuk komunikasi. Keinginan jadi jurnalis udah tumbuh sejak SD, ketika gue berandai-andai besar nanti jadi apa. Keinginan gue untuk ketemu sama banyak tokoh, dan bisa berpelisir keliling Indonesia -- bahkan dunia-- membuat gue yakin pengen jadi jurnalis. Waktu SD gue suka baca Bobo, ngebayangin jadi jurnalis yang ada di rubrik tokohnya ituu loh (yang suka ada karikatur narasumbernya) dan kalau gaksalah juga pengen jadi pengisi rubrik potret negeriku. Pas masuk juga SMP jadi hobi ngeblog, duh kayaknya jurnalis tuh gue banget. Ditambah novel-novel yang gue baca banyak yang suka cerita pengalamannya sebagai jurnalis, Negeri 5 Negara, Trilogi Bumi Manusia, Rana yg ada di Supernova, dan kayaknya masih ada lagi deh.. seakan mengiming-imingi gue gambaran kerja di media massa. "Mengubah dunia dengan kata," rasanya kalimat itu terdengar keren banget aduhai, sampe sekarang masih keren :')
Dulu kayaknya lantang banget dan yakin banget bilang bahwa berkarier di situ adalah tujuan gue. *kesannya gue tua banget ya*
Bukan, ini bukan tentang cita-cita yang pupus. Tapi arah hidup yang gabisa ditebak. Mungkin esok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, windu depan, dasawarsa depan, arah ini makin random atau malah ia cuman mencari jalan lain untuk menuju muara yang sama.
Masuk SMA, mulai ada keraguan untuk ngisi kolom cita-cita. Rasanya semangat itu gak lagi sama. Naik ke jenjang kelas 2 SMA, akhirnya memilih IPA. Pas itu rasanya sebagian hati kontra, sebagian lagi marahin hati yang kontra. Jalan di IPA setahun kemarin emang rasanya gak mudah, lebay sih, tapi semakin berat krn ada jeritan yang meronta "gue kan gak minta tempat kita di sini han" *lalu nangis dalam hati* pun sisi hati yang lain tetap marahin hati yang nangis, ini kan pilihan kita, kenapa harus berontak?
lalala
Sampai gue sadar bahwa gue memang punya hati di ipa, se-susah apapun, se-berat apapun. Bagaimanapun fisika, kimia, biologi punya magnet tersendiri punya ke-seru-an tersendiri yang emang kalau lagi depresi gantinya dimaki-maki. Tapi aku cinta kamu, science. mungkin hubungan kita kayak hubungan sosial ence, awalnya kita sulit saling mengeti, tapi abis itu bisa ngabisin berjam-jam bareng-bareng dan larut dalam keseruan canda tawa kita, walaupun beberapa omongan kamu pun masih terasa abstrak di otak ku, duh science.
Tulisan di atas udah kayak pengalaman 10 tahun. Duh aku cuman anak 3 SMA yang masih mencari jalan..
Sampe malam ini, keinginan mengubah dunia dengan kata masih menyala. Begitu pula keinginan ngembangin riset dang pengetahuan biodiversitas. Pengennya sih ngeblend, ah tapi kita liat saja nanti :) Manusia bisa bercita-cita, berjuang dan berdo'a, lalu hanya pada-Nya kan kita mampu berharap? :) Yang Maha Pengasih, memang tak mampu terganti, jalan-Nya kini mungkin terlihat begitu kabur di mata kita yang terbatas, tapi kasih dan ilmu-Nya lah yang tak terbatas. Ya Allah, semoga apapun nanti yang jadi jalan hamba, semoga itulah yang Engkau pilihkan sebagai jalan yang paling baik :')
Sekarang, gue sebagaimana orang-orang yang mencari-cari topik untuk membuka interaksi sosial, seneng dengerin harapan temen-temen yang lagi sama-sama ngerangkai harapan, semoga kelak jadi cita-cita, lalu terwujud bersama waktu.
Ada banyak yang udah yakin akan cita-citanya jadi dokter, bahkan udah tau mau milih universitas apa, dan udah tau strategi segala rupanya.
Ada pula yang udah yakin akan cita-citanya jadi selain dokter dan dengan daya juang yang sepadan.
Ada pula yang udah tahu beberapa pilihan hidupnya, tapi masih mencari satu cahaya yang lebih terang dari yang lain.
Ada pula yang sudah berjuang untuk dapet yang terbaik, meski belum tahu bakal belok ke mana di persimpangan nanti.
Tipe apapun kamu, mulai dari post ini tersebar di media maya, kita bakal berjuang dalam satu tahun ini. Berjuang menuju check point berikutnya yang sebenarnya bakal nyambut kita dengan perjuangan yang lebih berat :)
entah esok, lusa, minggu depan, bulan depan, windu depan, dasawarsa depan, gue bakal memperbaharui cerita-cerita tentang jalan hidup ini dengan cerita macam apa pun gue belum tahu.
Selamat merangkai cita! Aku mau kok tahu tentang cerita mu, boleh dishare kk ;)
-Triana