Posts

Behind The Bakes

Image
2020 adalah tahun di mana aku belajar baking. Tahun ketika keluarga terdekat ku berkali-kali mengingatkan ku bahwa aku harus belajar masak, dan berkali-kali juga aku mengabaikannya.  Di tahun yang sama, aku ditugaskan mengetik ulang resep-resep nenek yang ku panggil dengan sapaan "Bundo". Resep-resep Bundo diketik dengan mesin tik dan kebanyakan resep tidak memiliki takaran standar. Bundo ejak muda sudah berkelana dan berpindah-pindah dari satu negara ke negara lainnya, sehingga resepnya sangat beragam. Beberapa halaman akan menampilkan menu-menu khas Bukittinggi -- tempat ia lahir dan tumbuh besar -- di halaman lainnya dapat ditemukan ragam masakan Cina, Belanda, sampai Yugoslavia. Dari makanan pembuka, utama, dan penutup, semua ada. Mengetik buku resep harusnya jadi tugas yang mudah saja, sekadar mengetik ulang apa yang ada di lembar-lembar cetak. Tapi bagi ku pengalaman tersebut membuat ku dapat mengintip dunia Bundo, membayangkan sosok gesitnya bergemul dengan uap panas d...

Apa yang Kamu Lakukan, Jika Kamu Kehilangan Separuh Diri Mu? (Lagi)

"Apa yang kamu lakukan, jika kamu kembali kehilangan separuh diri mu?", ujar ku dalam hati. Tulisan selanjutnya adalah catatan dari percakapan intrapersonal ku. *** Aku pernah kehilangan diriku berkali-kali. Tidak seperti kehilangan benda-benda yang sesaknya terkumpul di awal, kehilangan diri adalah proses yang panjang dan melelahkan. Bayangkan ketika diri mu biasanya berjalan dengan utuh, tetapi kemudian harus menopang keseluruhan beban dengan diri yang separuh? "Tapi kalau kamu seringkali berhasil untuk menemukan dirimu kembali, seharusnya kamu sudah tahu kan caranya?" Betul, bukan kah itu gunanya mengalami dan belajar?  "Iya betul, tapi terakhir kali aku mengalaminya, aku tak bisa memungkiri bahwa aku butuh dukungan eksternal." Kami kemudian berpikir panjang, dan lagi-lagi menemukan jalan buntu. Bukankah dukungan eskternal adalah sesuatu di luar dari kontrol kami? Bagaimana jika semua manusia di bumi tidak ada yang peduli? "Oke, aku jawab" uja...

It’s Understandable

Image
Photo by Zwaddi on Unsplash One day, unlike any other, I woke up feeling empty. Even my favorite coffee failed to tempt me out of bed. I stared out the window, watching the morning light spill over the tiles and furniture, while my thoughts wandered to the things that had left parts of my heart in disarray. *** Over the past year, I've been learning to dissect my emotions—examining them closely, one by one, and giving them names. On days when getting out of bed feels impossibly hard, I start a dialogue with myself, articulating the observations I've gathered about my emotions. This act of articulating my feelings has become an upgraded feature of my inner dialogue. But what has made the most difference is how I respond to these observations. “It’s understandable,” I say to myself after laying out how I feel. We often associate feeling understood with conversations we have with others. But understanding yourself? That hits differently. Through this journey, I’ve realized that se...

How Curiosity Unlocks Empathy

Image
  Photo by   Johannes Plenio   on   Unsplash Have you ever noticed how asking the right question can change the way you see someone? As an instructional designer, I’ve learned that curiosity isn’t just about learning, it’s about understanding. “Is this learning content digestible for my learners?” “Does this course meet its goal?” “Is the concept taught by the SME relevant and clear?” As an instructional designer, these questions run through my mind daily. This curiosity isn’t just about getting the job done it’s about truly understanding the topic, the learners, and the challenges they might face. I vividly recall working on a  computer network  tutorial where the struggle to understand the content mirrored the struggle my learners might encounter. At one point, I felt stuck, but I asked myself:  “If I can’t strive to understand this, how can I help others learn it?”  That accountability pushed me to keep going. Struggling to learn challenging to...

Merasakan Perasaan

Image
Salah satu nasihat paling indah akhir-akhir ini, adalah nasihat yang datang dari Iffa. Nasihat yang datang ketika aku mendadak patah hati. Ketika aku cerita melalui pesan teks, Iffa kemudian mengirimkan ku berbagai pesan, tapi yang bagi ku paling berharga adalah pesan ini: “Rasain sedihnya” Pesan singkat, dua kata saja, tapi membuat pertahanan ku runtuh sekaligus memudahkan ku membangunnya kembali. *** Beberapa bulan sebelum kejadian tersebut, aku tertegun ketika membaca sebuah section buku tulisan Bu Brene Brown. Di bagian tersebut, Bu Brene menjelaskan satu poin penting yang intinya begini: “Ketika merasakan ketidaknyamanan, maka kamu harus berani merasakan perasaan tidak nyaman tersebut.” Nampak sederhana, tetapi bukan kah lebih menyenangkan jika Bu Brene memperbolehkan kita untuk lari atau memanipulasi perasaan tersebut dengan melakukan hal-hal lain yang lebih menyenangkan? Di antara banyaknya pelajaran dari Bu Brene di dalam bukunya, “Imperfection”, bagian ini yang men...

Cerita Orang-Orang

Image
Satu hal yang baru aku temukan kembali: Aku suka sekali menyelami makna tatap dan percakapan di sekitar ku.  Bagi ku, melihat dan mendengar ragam kisah manusia adalah petualangan yang mengarah ke dua direksi - menyelami alam pikir, harap, dan perasaan dari si empunya cerita, serta menjadi pemicu ku untuk menjelajahi alam pikir ku sendiri. Bagi ku, tiap orang adalah akumulasi dari berbagai cerita. Cerita-cerita itu bisa bergenre horor atau komedi; sederhana atau berkelindan; penuh bunga, duri, atau keduanya. Maka baik buruk, salah benar, asik ato gak asik: Apa yang muncul di permukaan, timbul dari perjalanan panjang, yang kita tak pernah sepenuhnya tau rupanya.

Cara Pandang

Image
"Bu gedungnya bagus, gedung apa itu?" tanya ku pada ibu. Hari ini kami mengarungi berbagai arah mata angin untuk memenuhi misi ibu mencari busana. Ibu menjawab, "setiap gedung punya cerita". Sontak aku tertawa. Kalimat yang ibu ucap adalah kata-kata tokoh yang diperankan Nicholas Saputra dalam film terbarunya. Tapi, aku juga tertawa karena secara personal, aku memandang tiap benda punya ceritanya. Jadi mendengar ibu berucap demikian, rasanya kayak recall isi kepala ku akhir2 ini :)) *** Cara ku memandang benda, tempat, dan peristiwa adalah keterampilan yang ingin aku syukuri sampai akhir hayat. Kalau boleh, ingin ku jaga ia tetap menyala selamanya. Bayangkan jika kemana-mana kamu selalu membawa stoples di dalam kepala. Stoples itu bukan berisi biskuit atau kue bawang, stoples itu berisi kata-kata. Dan dalam langkah ku, pikir ku sibuk merangkai prosa tentang tatap, tentang tawa, ataupun tentang noda di tembok seberang.  Kadang desir bisiknya hanya menjadi...