2020 adalah tahun di mana aku belajar baking. Tahun ketika keluarga terdekat ku berkali-kali mengingatkan ku bahwa aku harus belajar masak, dan berkali-kali juga aku mengabaikannya. Di tahun yang sama, aku ditugaskan mengetik ulang resep-resep nenek yang ku panggil dengan sapaan "Bundo". Resep-resep Bundo diketik dengan mesin tik dan kebanyakan resep tidak memiliki takaran standar. Bundo ejak muda sudah berkelana dan berpindah-pindah dari satu negara ke negara lainnya, sehingga resepnya sangat beragam. Beberapa halaman akan menampilkan menu-menu khas Bukittinggi -- tempat ia lahir dan tumbuh besar -- di halaman lainnya dapat ditemukan ragam masakan Cina, Belanda, sampai Yugoslavia. Dari makanan pembuka, utama, dan penutup, semua ada. Mengetik buku resep harusnya jadi tugas yang mudah saja, sekadar mengetik ulang apa yang ada di lembar-lembar cetak. Tapi bagi ku pengalaman tersebut membuat ku dapat mengintip dunia Bundo, membayangkan sosok gesitnya bergemul dengan uap panas d...
Assalamu'alaikum gaes, 2018 aku belom post apapun di blog ini loh :') Sungguh sangat produktif ya HAHAHA. Sekarang aku mau cerita sesuatu yang sebelumnya aku kira cukup disimpan sendiri saja di dalam hati. Tapi setelah baca tulisan Dhita di sini aku jadi pengen nulis kisah ini. Bukan supaya dunia tahu, tapi karena menurut aku kenangan ini sangat konstruktif, membangun aku yang tadinya sedang (kayaknya sih sedikit) luluh lantah di akhir kehidupan kampus. Jadi karena aku suka baca tulisan-tulisan di sini buat bahan refleksi, kayaknya cerita ini patut dijadiin bahan juga. Sebelumnya, kenalin Triana di semester 7: sudah selesai Kerja Praktik (KP) tapi hasil data eksperimennya gak sesuai ekspetasi sehingga dia bingung gimana benerin datanya; ikut satu organisasi, jalanin proker, dan rutin ikut rapat; di kampus kerjanya ngereceh (kalau kamu gak tau, ngereceh artinya bersenda gurau tapi gak lucu) sama teman-teman; pulang kelas kadang bingung sore-sore udah bisa pulang, ke...
Bukan lagi bahas lagu fourtwnty. Pada dasarnya, kita selalu bergerak dari satu episode kehidupan ke satu episode yang lain. Pada tiap-tiap episode, ada latar, klimaks, dan konfliknya masing-masing. Sampai suatu hari kita jadi terbiasa dengan rupa-rupa hidup dalam episode tersebut. Lalu ternyata sudah waktunya naik level. Naik level. Suatu momen yang melejitkan harapan akan suatu alur hidup yang lebih cerah. Dalam konteks episode hidup baru, berarti ada saja yang berbeda. Apakah ada tokoh baru? protagonis atau antogonis ya? Apakah ada latar baru? Di taman penuh bunga atau kantor kelas menengah? Apakah ada konflik baru? Dicakar kucing atau dipatuk belalang? Naik level berarti episode yang sebelumnya tak kau kenal. Barangkali episode yang tak lagi zona nyaman. Kamu belum kenal konflik yang akan menjadikanmu kuat lagi. Kamu mungkin baru mengenal beberapa bala bantuan, yang hari ini pun kau tak tahu kapan mereka tepat guna. Sejatinya selalu begitu. Kita berpindah. Kita tak konstan. ...
Comments
Post a Comment