DelunaDetra part 1
“Herman!” Aku memanggil mu dalam sebuah senja di Bulan Juni. Matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Orang-orang berlalu lalang tampak sibuk menggeledah sudut-sudut jalanan. Sementara nyamuk-nyamuk mulai berganti shift jaga. Aku mengulangi panggilanku kembali, karena kamu nampaknya masih mencari-cari pemilik suara yang memanggilmu. Lalu kau tampak terkejut melihatku di kejauhan. Lantas memasang raut wajah yang tak mampu ku tafsirkan. Namun aku percaya, kesamaan kita berdua sekarang ini adalah: rindu. “ Detra kan?” Tanya Herman. Aku membalas dengan anggukan kecil, karena sebagian besar tenaga dalam diriku sudah terkuras habis untuk merasa bahagia. “Oh hai! Gue gak nyangka bakal ketemu lo di sini, mana lagi kucel gini lagi. Eh kok lo diem ajasih? Kirain muka gak berubah kelakukan juga gak berubah, taunya sekarang jadi diem?” Herman melontarkan tanya. Sedangkan aku hanya mampu tersipu. Skenario percakapan yang kuciptakan selama 3 tahun ini hancur sudah. Kalimat-kalimat yang k...